Pemasok suku cadang mobil dengan mesin pembakaran internal tengah menghadapi krisis eksistensial. Terlebih pada industri otomotif di Benua Biru yang memang bersiap beralih ke kendaraan listrik lebih cepat.
Kondisi ini tentu membuat banyak pemasok berbondong-bondong mencari jalan keluar, dan cara yang terbaik yaitu berinvestasi dalam peralatan baru untuk memenuhi manufaktur EV. Kondisi ini semakin nyata seiring dengan melemahnya penjualan kendaraan konvensional di Eropa.
Menurut konsultan industri otomotif Bernd Bohr, setiap perusahaan harus beradaptasi dan mempertimbangkan diversifikasi untuk menghadapi kemungkinan nyata keluar dari zona nyaman. "Perusahaan yang lebih kecil harus beradaptasi untuk menghadapi kemungkinan keluar dari bisnis saat ini," katanya, dikutip dari laman Carscoops.com.
Sementara itu, seperti pemasok powertrain Jerman Vitesco Technologies Group AG, sedang mencari jalan keluar untuk mengalihkan fokus dari mesin pembakaran ke EV, dengan harapan mencapai 70 persen pemasok EV di dunia pada tahun 2030.
Cara yang dilakukan yaitu dengan membagi dua divisi utama, salah satunya fokus untuk komponen EV dan menghadirkan teknologi yang dapat digunakan dalam mesin pembakaran.
Seperti diketahui, peralihan dari mesin pembakaran ke EV sangat memengaruhi sektor otomotif, terutama bagi para pemasok. Kondisi ini juga membuat beberapa pabrikan memangkas tenaga kerja untuk menghadapi situasi tersebut.
Misalnya, Stellantis sedang dalam proses mengalihkan pabrik mesinnya di Tremery, Prancis, ke manufaktur motor EV, dan telah memangkas tenaga kerja dari 3.000 menjadi 2.400 orang.