Angkutan perkotaan yang lebih layak dan memenuhi standar pelayanan minimum (SPM) diupayakan oleh Kemenhub melalui konsep Buy The Service (BTS) Teman Bus.
Konsep ini juga menjadi upaya agar masyarakat lebih banyak yang menggunakan kendaraan umum, sehingga mampu mengurangi kepadatan lalu lintas dan menurunkan polusi udara.
Salah satu konsep BTS, dilakukan di Bandung dengan beberapa koridor, di antaranya adalah bus Trans Metro Pasundan Jurusan Dipatiukur – Jatinangor.
Bus ini menggunakan sasis Hino RK, dengan konfigurasi bangku di dalamnya mirip dengan TransJakarta. Tersedia bangku-bangku di pinggir, termasuk ruang untuk penyandang disabilitas, juga beberapa pegangan tangan untuk penumpang yang berdiri.
“Bus ini, tidak dipungut biaya atau gratis, tetapi penumpang harus memiliki uang elektronik atau mengunduh aplikasi Teman Bus,” ujar Anto.
Menurutnya, saat tapping di dalam bus, nanti datanya akan dikirim ke Kemenhub. Sehingga dapat diketahui jumlah penumpang per hari dalam sebuah bus BTS tersebut.
Dari segi keamanan, terdapat 10 buah kamera CCTV yang dipasang di berbagai lokasi, sehingga bisa digunakan untuk memantau tindak kejahatan di dalam bus.
Uniknya, bus ini diusahakan selalu tepat waktu, tak bergantung pada jumlah penumang yang ada di dalamnya. “Meski tak ada penumpang, atau hanya sedikit, bus harus berangkat sesuai waktunya,” tukas Anto.
Ia juga mengatakan, sepanjang rute, bus tidak bisa berhenti sembarangan, hanya boleh berhenti pada halte saja, itu pun hanya dalam waktu 10 detik saja. “Ada yang naik maupun tidak ada, tetapi harus berhenti 10 detik di tiap halte,” jelasnya.
Cukup menyenangkan, bukan? Tepat waktu dan aman, memang menjadi dambaan pengguna kendaraan umum. Diharapkan konsep ini lebih tersebar lagi di seluruh Indonesia, sehingga memudahkan masyarakat dalam bermobilitas.