Musibah yang menimpa Nissan mulai menunjukkan dampaknya. Mengutip dari The Economic Times, Jumat (25/7), sebanyak 830 karyawan Nissan di Indonesia akan mendapat surat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Jumlah ini adalah bagian 'perampingan' perusahaan yang dilakukan Nissan terhadap total 12.500 karyawan di seluruh dunia.
Indonesia sendiri bukan korban 'terparah'. Nissan India merasakan pemotongan kerja terbanyak, mencapai 1.700 orang. Selain itu 1.420 karyawan Nissan di Amerika Serikat, sekitar 1.000 karyawan Nissan di Meksiko, dan 880 pekerja dari dua fasilitas pabrik Nissan di Jepang juga terdampak PHK.
Jumlah karyawan Nissan yang kena PHK di sejumlah negara:
1. India: 1.700 orang
3. Meksiko: 1.000 orang
4. Jepang: 880 orang
5. Indonesia: 830 orang
Tidak hanya itu, CEO Nissan, Hiroto Saikawa juga memaparkan kalau mereka akan menghentikan atau mengurangi kapasistas produksi dari fasilitas pabrik mereka sebesar 10 persen, untuk periode 2020-2022. Dijelaskan juga total ada 14 fasilitas produksi yang terdampak.
Adapun fasilitas produksi Nissan yang ada di Indonesia --tepatnya ada di Purwakarta, Jawa Barat-- bertanggung jawab merakit kendaraan Datsun. Merek Nissan dan Datsun di pasar lokal sendiri bisa dibilang masih kalah dibanding produk lainnya di pasar otomotif lokal.
President Director PT Nissan Motor Indonesia (NMI), Isao Sekiguchi pun sempat angkat bicara mengenai persoalan ini. "Seperti yang disampaikan CEO Hiroto Saikawa saat press conference minggu lalu, sebagai bagian dari upaya kami untuk memperbaiki operasi dan efisiensi investasi, kami mengambil tindakan untuk menghentikan atau mengurangi kapasitas di lini produksi di delapan lokasi," ujarnya.
Meski begitu dia hanya memberi gambaan besar dari 'operasi' ini. "Dari tahun fiskal 2020-2021 kami akan menghentikan atau mengurangi kapasitas, di lini atau pabrik di enam lokasi. Total pengurangan jumlah karyawan akan menjadi sekitar 12.500 orang," ujarnya dalam pesan singkat.
Dalam laporan resminya, Nissan Motor pusat sendiri baru mengumumkan penurun profit mencapai 98,5 persen pada kuartal dua tahun 2019. Mereka 'hanya' mencatatkan laba 1,6 miliar Yen (sekitar Rp 206,408 milyar) pada periode April sampai Juni 2019. Angka ini terburuk sejak kerugian terakhir mereka, pada Maret 2008.
Beberapa faktor kunci yang menyebabkan hal ini terjadi antara lain; salah satu pasar terbesar mereka, Amerika Serikat mengalami penururan penjualan sampai 4 persen sepanjang tahun. Sementara itu pasar Nissan di Eropa terganggu oleh regulasi emsisi gas buang yang semakin ketat. Hal ini masih diperparah lagi dengan kasus 'penyelewengan dana' oleh bekas bos besar mereka, Carlos Ghosn yang merusak citra Nissan di kampung halamannya, Jepang.