Nissan Note e-Power yang tengah diperkenalkan di GIIAS 2017 tampil cukup memukau. Terutama karena sistem mesin mutakhir temuan Nissan yang dipakainya, walau sebenarnya dapur pacu sejenis sudah dipakai Nissan Leaf sejak 2010.
Nissan Note e-Power memiliki sistem kerja yang unik karena roda digerakan melalui motor listrik. Namun tetap ada mesin konvensional yang berfungsi sebagai generator untuk terus mengisi baterainya. Jadi mesin konvensional itu bukan sebagai mesin penggerak roda namun hanya sebagai charger untuk baterai dari motor listriknya.
Nissan Indonesia menyebut bahwa Nissan Note e-Power ini memiliki tingkat efisien yang sangat tinggi karena baterainya yang berukuran 1,5 kWh mampu menjelajah 40 km perjalanan. Dan dengan adanya mesin kovensional 1.200 cc dengan kapasitas tangki BBM 35 liter membuat baterainya bisa menjalankan motor listrik hingga 1.300 km di Jepang.
Namun sangat disayangkan Nissan Indonesia belum bisa menjualnya di Indonesia, setidakya dalam waktu dekat. Ini dikatakan karena belum adanya peraturan jelas dari pemerintah. Memang, Nissan Note e-Power disebut bukan menggendong dua unit mesin, namun harga produksinya ini lebih tinggi dibanding versi non e-Power.
"Selama pemerintah belum memberi kejelasan soal bagaimana skema pajaknya, kami belum bisa menjualnya. Apalagi di negara-negara lain untuk mobil seperti Note e-Power ini mendapat insentif dari pemerintah sehingga harganya terjangkau," jelas Eiichi Koito, Presiden Direktur PT Nissan Motor Indonesia (15/8).
Dan menurut pihak PT NMI, saat ini perbedaan harga antara Nissan Note biasa dengan Nissan Note e-Power di Jepang adalah Rp 30 juta. Itupun karena ada insentif dari pihak pemerintahnya.
"Ada perbedaan harga antara keduanya (Nissan Note & Note e-Power) sampai Rp 30 juta. Jadi bisa bayangkan berapa bedanya apabila tidak ada insentif dari pemerintah jika kami menjualnya di Indonesia?" jelas Eiichi.