Regulasi di Eropa, mengurangi CO2 sebanyak 55% dari mobil penumpang dan 50% dari van, pada 2030 dan secara menyeluruh (tanpa emisi) mulai 2035. Hal ini membuat pasar mobil listrik menjadi bergairah di Benua Biru itu.
Salah satu pemain van listrik adalah Ford. E-transit, menjadi salah satu andalan dalam memberikan fleksibilitas kargo pada penggunanya.
Cukup gencar memasarkan van listriknya, mengingat pesaing dari Eropa, Stellantis Group, yang membawahi Peugeot, Citroen, Opel dan Vauxhall, juga memiliki van listrik yang cukup diminati.
Baru-baru ini, Ford mendapat pesanan seribu unit E-Transit oleh perusahaan parcel di Inggris, DPD. Mereka mencanangkan menjadi ‘perusahaan kargo paling hijau di planet bumi’, sehingga merasa perlu menggunakan kendaraan non-emisi pada armadanya. Begitu seribu unit Ford E-Transit itu tiba, maka DPD akan memiliki 2.500 unit armada van listrik.
DPD memesan E-Transit 3.5t, versi long wheelbase, dengan motor listrik 135 kWh dan baterai 68 kWh. Kapasitas kargonya, 12.400 liter.
Tetapi DPD tidak sendirian, DHL pun memesan 270 unit Ford E-Transit ini. Hanya saja pada tipe yang berbeda.
DHL Express memesan Ford E-Transit 4.25t, dengan payload 1.000 kg serta memiliki jarak tempuh 225 km sekali pengisian.
Pada lain pihak, Ford membuat pabrik di Turki untuk produksi E-Transit, sejauh ini sudah 5000 unit dipesan di sana. Sementara di Amerika Utara, pabrik di Kansas (sejak januari 2022) sudah memenuhi 10.000 pesanan dan sudah 1.500 unit sampai ke tangan konsumen.