BUS-TRUCK – Pekan lalu (24/4) merupakan Hari Angkutan Nasional, tentu ini merupakan kesempatan untuk mengingat lagi dalam konteks angkutan darat, bahwa sektor transportasi barang maupun penumpang merupakan sektor yang vital bagi sebuah negara dan masyarakat.
Saat ini, praktis telah terjadi berbagai perkembangan yang signifikan atas dunia angkutan nasional. Ditandai dengan hadirnya berbagai kendaraan yang semakin berteknologi, infrastruktur jalan seperti jalan tol yang terbangun di seantero negeri, maupun fasilitas terminal yang makin mumpuni.
Begitu pula jaringan logistik antar wilayah yang berbasis digital yang memungkinkan akses kewilayahan semakin terbuka.
“Pasca pandemi, sektor angkutan penumpang dan barang di Indonesia mengalami perubahan signifikan. Kami melihat adanya pemulihan bertahap dalam mobilitas penumpang, didorong oleh pelonggaran pembatasan seperti PSBB dan PPKM di pasca pandemi ini,” buka Rian Erlangga, Division Head of Business Strategy Division PT Isuzu Astra Motor Indonesia (24/4).
Sejurus kemudian diterangkan lagi oleh Rian Erlangga, “Untuk angkutan barang, pertumbuhan e-commerce telah meningkatkan permintaan akan kendaraan komersial yang andal, terutama untuk logistik last-mile.”
Baca juga: Kemenperin Dan Kemenhub Sepakat Hilangkan Truk ODOL
Baca juga: Tahun 2024 Ribuan Kecelakaan Di Jawa Tengah Libatkan Truk
Sinyal di dunia angkutan darat juga diungkapkan oleh Head of Customer Service and Parts (CSP) Commercial Daimler Commercial Vehicles Indonesia (DCVI) Faustina.
“Sektor angkutan penumpang dan barang di Indonesia telah menunjukkan tren pemulihan bertahap setelah masa pandemi. Pembatasan mobilitas yang dilonggarkan sejak akhir 2022 berdampak pada meningkatnya aktivitas perjalanan masyarakat dan distribusi logistik.“
Salah satu tokoh wanita di dunia kendaraan komersial Indonesia ini, dalam keterangannnya kepada Bus-Truck.id, menunjukkan adanya indikator resmi menunjukkan perbaikan ini, contohnya kinerja sektor transportasi nasional berangsur membaik pada 2022.

Sejurus kemudian diterangkannya lagi bahwa indikasi pergerakan penumpang di musim libur kembali ramai, bahkan melebihi periode sebelum pandemi sebagai sinyal positif.
Sebagai contoh, dikutip dari data Kementerian Perhubungan, ada potensi pergerakan pemudik Lebaran 2024 yang sebesar 193 juta perjalanan orang yang merupakan lonjakan dibandingkan tahun sebelumnyayang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya dan menandakan pemulihan kuat di sektor angkutan penumpang.
“Memasuki 2025, tren serupa masih terlihat, dengan arus mudik Lebaran tahun ini tetap tinggi dan menunjukkan antusiasme masyarakat untuk kembali melakukan perjalanan secara masif,“ ungkap Faustina.
Secara khusus, Faustina menjelaskan lagi, bahwa memasuki periode 2023-2025, volume angkutan barang terus membaik seiring pemulihan ekonomi nasional. Hal itu tercermin dari peningkatan tonase angkutan di berbagai moda transportasi.
Baca juga: IPOMI: Manajemen Pemeliharaan Bus Wajib Diperhatikan Semua PO
Baca juga: PO SAN: Mengemudi Bus Seharusnya Ada Sertifikasinya
Tren digitalisasi tidak bisa ditolak
Rian yang juga pernah berkarier di dua brand dalam naungan Astra, BMW dan Daihatsu, menggambarkan bahwa saat ini dunia angkutan nasional saat membutuhkan akan transportasi yang efisien, aman, dan ramah lingkungan.
Selain itu pemanfaatan berbagai fitur operasional berbasis digital juga tak bisa ditepis lagi. “Seperti penggunaan aplikasi transportasi online dan sistem GPS untuk manajemen armada, menjadi elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi operasional,” jabarnya.
Faustina yang berkarier di lingkungan kendaraan komersial Mercedes-Benz sejak tahun 2003 itu juga menerangkan temuan serupa, “Pandemi mempercepat adopsi teknologi, dari sistem tiket daring dan pembayaran non-tunai di angkutan penumpang hingga pelacakan pengiriman dan manajemen gudang terpadu di sektor barang. Baik transportasi penumpang maupun barang kini kian terintegrasi secara digital, sehingga operasional lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan pelanggan. Transformasi digital ini merupakan modal penting untuk meningkatkan pengalaman pengguna dan produktivitas bisnis transportasi ke depan.“
Baik Faustina maupun Rian juga mengisyaratkan bahwa pemanfaatan teknologi digital banyak berguna dalam menjamin rangkaian proses operasional kendaran komersial jadi semakin bermutu.
Berbekal hal tersebut diharapkan akan terus meningkatkan kepercayaan masyarakat terjhadapa pelayanan tranpsortasi barang maupun penumpang.

Fluktuasi harga solar masih bikin pusing operator
Baik Faustina maupun Rian yang dihubungi langsung, tak lupa juga menyebutkan bahwa masuk tahun 2025 masih ada kendala bagi dunia angkutan nasional. Khususnya bagi sektor angkutan barang atau logistik.
“Namun demikian, DCVI mencermati bahwa tahun 2025 juga menghadirkan tantangan baru bagi industri transportasi, antara lain sebagai dampak dari sejumlah kebijakan fiskal dan logistik baik dari dalam negeri maupun situasi perdagangan internasional yang akhirnya ikut berpengaruh pada ekosistem pasok dan biaya operasional armada.
Rian Erlangga, secara khusus juga menyoroti persoalan yang menjadi tantangan bagia dunia kendaraan komersial berupa kemacetan lalu lintas di kota besar dan biaya operasional yang tinggi akibat fluktuasi harga BBM.
Kondisi itu terbilang pelik, karena para operator kendaraan komersial kini sangat memperhatikan soal total cost of ownership (TCO) yang rendah. Faktor ini mencakup efisiensi bahan bakar, biaya perawatan, dan soal daya tahan kendaraan.
Apalagi, suka tidak suka, menurut Rian, penyedia jasa pelayanan angkutan penumpang maupun barang menghadapi tekanan untuk mengurangi emisi karbon. (EW)