OTODRIVER - Melakukan perjalanan jauh seperti mudik lebaran dengan menggunakan mobil listrik nampaknya mulai sering ditemui. Infrastruktur yang mulai lengkap dan tersedia luas menjadikan pengguna EV semakin percaya diri menggunakan mobilnya untuk menempuh jarak ratusan bahkan ribuan kilometer.

Seperti halnya yang dilakukan oleh Rahman Luthfi Herdian dan Andomo Chaniago. Kedua anggota Aioners.id ini yang menjelajah ribuan kilometer menuju dua destinasi yang berbeda yakni Bali dan Bukit Tinggi, Sumatera Barat.
Kebetulan keduanya menggunakan mobil dengan tipe berbeda, Rahman mengunakan Aion Y Plus Executuve sedangkan Andomo mengandalkan Aion Y Plus Premium
Secara spesifikasi versi Premium ini punya jarak tempuh hingga 490 km dan baterainya berkapasitas 63,2 kWh. Se dangan tipe Executive dibekali baterai 50.66 kWh dengan daya jelajah 410 km. Dari sisi bobot Premium 80 kg lebih berat dari Executive yang berat kotornya mencapai 1.670 kg.
Aion Y Plus memiliki motor listrik berdaya 201 hp dan torsi 225 Nm yang diguyurkan seluruhnya ke roda depan alias (FWD).

Merencanakan rute perjalanan
Merencanakan rute perjalanan menjadi hal baku yang harus dilakukan. Mengingat harus juga merencanakan lokasi stasiun pengisian daya.
“Tentu dalam melakukan perjalanan panjang seperti ini harus ada yang dipersiapkan secara khusus dan juga strategi terutama dalam hal pengisian daya,” terang Rahman Luthfi Herdian, dalam pesan singkatnya. Enginer di perusahaan minyak nasional ini membeberkan bahwa dirinya menggunakan aplikasi PLN Mobile.
“Di sini peran Trip Planner dari aplikasi tersebut punya peran penting untuk mengetahui dan menentikan kapan dan di mana untuk pengisian daya,” sambungnya.
“Jadi kita sudah tahu kira-kira jarak yang akan ditempuh dan juga tempat-tempat yang akan digunakan untuk melakukan pengisian daya,” sahut Andomo Chaniago.
“Bisa saja melakukan perubahan rute, namun harus diikuti juga dengan penyisiran data untuk tempat-tempat pengisian daya,” sambung pria yang akrab disapa Ichan ini. “Sekarang lebih nyaman dan mudah karena bisa langsung diketahui melalui aplikasi PLN Mobile dengan Trip Plannernya,” sahut pegawai swasta ini.
Pada Trip Planner ini juga sudah dapat diketahui jenis SPKLU apakah itu model AC ataupun DC (fast charger) beserta dengan kapasitas chargingnya.

Kapan Yang Tepat Mengisi Daya
Menggunakan Trip Planner sangat membantu dalam menemukan titik pengisian daya. Namun tentunya setiap mobil listrik punya spesifikasi beda mulai dari bobot, kemampuan motor listrik dan juga kapasitas baterai.
Hal ini yang akan menjadikan strategi pengisian baterainya menjadi berbeda satu dan lainnya.
“Saya lebih memilih untuk melakukan pengisian setiap kondisi baterai menunjukkan 50% atau bisa juga setiap 250 km untuk pengisian. Sejauh masih di jalur tol Trans Jawa maka relatif aman bahkan sampai Banyuwangi,” tutur Rahman.
“Selama perjalanan dari Jakarta ke Bukit Tinggi kami melakukan pengecasan hingga 7 kali dan jurusnya pun relatif sama yakni melakukan pengisian begitu kondisi baterai menyentuh sekitar 50%. Walau beberapa kali kurang dari angka itu, namun sejauh ini semuanya terpantau melalui aplikasi,” sambung Ichan. “Kebetulan pada musim mudik ini semua SPKLU termasuk yang di kantor PLN dalam kondisi siaga dan aman digunakan,” jelasnya.
Menjaga Kecepatan
Teorinya sama dengan mobil konvesional, semakin digeber maka konsumsi BBM atau setrumnya pun makin cepat tandas. Karena itu Rahman melakukan metode berkendara dengan smooth.
“Soal jarak tempuh tergantung cara kita membawa mobil. Kalau akselerasi ngebut terus ya boros juga. Biasanya untuk kecepatan rata-rata di atas 100 kpj paling dapat jarak cuma 120 km utk konsumsi batere 50%,” ujar Rahman.
“Tapi kalau kecepatan rata-raya di bawah 60 km/jam bisa dapat jarak 250 km untuk konsumsi baterai 50%,” sambungnya.
“Kecepatan tinggi otomatis konsumsi listrik cepat habis, namun saat ini semuanya bisa dipantau dan dikalkulasi jadi kita bisa menentukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan,” tambah Ichan. (SS)