OTODRIVER - Dunia modifikasi Indonesia dikejutkan oleh berita wafatnya Wibawa Santosa, bos Permaisuri Ban di Bali. Bowo, sapaan karibnya, diberitakan kecelakaan saat beraktivitas di sebuah pantai saat berlibur bersama keluarga.
Di tengah simpang siur dan ketidakjelasan info tersebut, Otodriver berusaha mengkonfirmasi langsung ke Permaisuri Ban. "Iya betul, Pak Bowo wafat tadi siang (24/12) di Bali. Saya juga masih nunggu updatenya. Mohon doanya Pak, maafkan juga bila Pak Bowo ada kesalahan," ujar Yenny, salah seorang karyawan Permaisuri Ban.
Kabar terakhir saat berita ini diturunkan, jenazah akan diterbangkan ke Jakarta pada (25/12) siang dan akan disemayamkan di sebuah rumah duka daerah Pluit, Jakut. Dalam dunia modifikasi mobil tanah air, Bowo dikenal bertangan dingin dan punya selera berkelas tinggi.
Hal ini bukan tanpa alasan. Bowo punya latar belakang seni dari sekolah desain terbaik dunia yaitu Art Center College of Design, Pasadena, California, Amerika Serikat. Sekolah design tersohor yang menghasilkan alumni-alumni desainer mobil ternama seperti Chris Bangle (BMW), Shiro Nakamura (Nissan), Larry Shinoda (Ford), Frank Stephenson (Mini, Ferrari, McLaren) dan masih banyak lagi.
Tiap kali Bowo diajak bicara soal latar belakang sekolahnya, dia selalu berkata, "Dulu gue kira santai sekolah design, ternyata susahnya bukan main. Susah masuknya, keluarnya (lulus) lebih susah lagi," ucapnya.
Modal jiwa seni yang diasah lewat ilmu yang didapat di Amerika itu digabungkan dengan kemampuan jualan yang diturunkan dari orang tua dan keluarganya pemilik bengkel Aneka Ban. Sejak Bowo kembali ke Indonesia usai lulus dari Pasadena tahun 1992, ia bergabung ke Permaisuri Ban. Bengkel ban dan pelek yang didirikan orang tua dan kakak-kakaknya yang semua perempuan. Maka tak heran namanya Permaisuri Ban di bilangan jalan Mahakam, Bulungan, Jaksel.
Di Permaisuri Ban lah Bowo menerapkan ilmu desain ke para pelanggannya. Ia tidak hanya jualan pelek dan ban, tapi juga memadupadankan desain pelek, ban dengan garis-garis desain mobilnya. Dia juga sangat memperhatikan soal keselamatan dan keamanan hasil modifikasinya. Sebisa mungkin hasil modifikasi lebih baik dari kondisi standar pabriknya.
Maka tak heran bila kemudian Bowo punya banyak pelanggan loyal. Bahkan konsumennya turun menurun ke generasi yang lebih muda. Hasil karya modifikasi Bowo jadi barometer modifikasi berkelas yang diakui komunitas tanah air. Pengalaman lebih dari 30 tahun membuatnya disebut sebagai guru besar (suhu) pelek bukan hanya Indonesia tapi dunia.
Di beberapa kali kesempatan, Bowo sering bercerita dipercaya sebagai konsultan beberapa merek pelek ternama dunia. Tak terhitung kunjungannya ke pabrikan pelek dunia. Bahkan Bowo punya akses khusus ke pabrikan pelek besar dan bisa memesan spesifikasi khusus yang tak dijual ke pasar umum, hanya buat Permaisuri Ban.
Kemampuan Bowo membaca tren juga kerap membantu importir pelek di tanah air menentukan tipe atau model yang akan diimpor dan dijual. Banyak kasus tebakan tren desain peleknya tepat dan diminati pasar. Kemampuan Bowo menjual pelek juga patut diacungi jempol. Dia tidak segan melobi bahkan mengeluarkan biaya lebih untuk mentraktir konsumennya sekadar memupuk rasa kepercayaan dan keyakinan sebelum memutuskan membeli pelek tertentu. Biasanya pelek yang harganya mahal dengan spek spesial.
Wafatnya Bowo di usia yang masih relatif muda secara mendadak membuat dunia modifikasi terhenyak. Tak akan ada lagi sosok sekomplet Wibowo Santosa yang jagoan soal desain dan trik jualan. Selamat jalan Legenda Modifikasi Indonesia, karya dan rekam jejakmu akan terus dikenang. (AW).