Great Wall Motor perusahaan otomotif asal China saat ini menjadi merek mobil listrik yang paling laris di Thailand dan telah menjual lebih dari 2.000 mobilnya, sehingga bisa mengalahkan popularitas Tesla sebagai perusahaan mobil listrik terkenal.
Dilansir dari Free Malaysia Today, perusahan itu juga masih menerima pesanan 3.000 pelanggan yang antre menunggu mobil listrik buatan China tersebut. Selain Great Wall Motor, merek China lainya yang menguasai pasar Thailand adalah SAIC Motor yang berbasis di Shanghai, yang memiliki merek MG. SAIC menjual lebih dari 4.500 EV di negara Gajah Putih itu.
Perdagangan bebas Asean-China, yang telah berlaku sejak 2005, memungkinkan China mengirimkan mobilnnya ke Thailand tanpa tarif, memberikan keuntungan lebih lanjut bagi merek-mereknya.
“Merek Jepang dan merek lain dari Eropa telah mencoba menembus pasar Thailand, tetapi tidak terlalu agresif, dibandingkan dengan merek China,” kata Wakil Ketua FTI (Federation of Thai Industries) Surapong Paisitpatanapong.
FTI memperkirakan penjualan EV di pasar Thailand lebih dari 10.000 mobil tahun ini, lebih dari empat kali lipat dari 1.954 mobil yang dijual pada 2021.
Meningkatnya permintaan mobil listrik di Thailand juga disebabkan adanya subsidi pemerintah yang lebih terjangkau dari sisi harga. Subsidi ini digunakan untuk merangsang permintaan mobil ramah lingkungan tersebut dan mendorong produsen mobil untuk memproduksinya secara lokal.
Pemerintah ingin mobil listrik menyumbang 30% dari produksi mobil Thailand pada tahun 2030. Untuk mencapai target itu, pemerintah menawarkan potongan harga pembayaran kepada pembeli hingga 150.000 baht (Rp 62,6 juta), serta menurunkan pajak mobil listrik dari 8% menjadi 2%.
Perlu diketahui, Thailand juga memiliki ambisi untuk merakit mobil listriknya pertengahan 2021, ketika konglomerat minyak dan gas negara itu PTT Group bekerja sama dengan produsen kontrak Taiwan Foxconn, yang bertujuan untuk mulai memproduksi EV pada tahun 2024.
“2024 mungkin sudah terlambat. Kami harus mulai memproduksi EV kami sendiri dalam waktu satu tahun dari sekarang,” kata Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha.