Pemerintah, memberi mandat kepada Pertamina untuk untuk menjamin ketersediaan energi terutama BBM di wilayah terluar, terdepan dan tertinggal (3T). Ketika itu, karena jalur distribusi yang sulit, wilayah 3T belum mendapat akses energi yang sama dengan wilayah lain di Indonesia.
Sejak tahun 2017, Pertamina Regional Sulawesi telah merealisasikan 26 titik BBM satu harga dan akan terus bertambah guna kemerdekaan energi bagi masyarakat Bumi Celebes ini. Di 26 titik BBM Satu Harga wilayah Sulawesi ini, BBM yang dijual adalah Premium seharga Rp 6.450/liter dan Solar seharga Rp 5.150/liter.
“Pertamina terus berkomitmen menghadirkan energi berkeadilan sesuai dengan amanat UU No. 30 tahun 2007 mengenai energi di mana Pertamina terus mendorong availability, accessibility, acceptability dan affordability. Sesulit apapun medannya, Pertamina terus berkolaborasi dengan Pemerintah setempat dan stakeholder terkait guna mewujudkan itu,” ungkap Rama Suhut Sinaga, Executive GM Pertamina Commercial & Trading Regional Sulawesi, dalam rilis resminya.
“Pertamina melaksanakan penugasan Pemerintah menjamin ketersediaan energi hingga ke pelosok tersulit, agar semua dapat menikmati kemerdekaan energi,” ujarnya.
BBM Satu Harga, imbuh Rama, kini telah dinikmati masyarakat di Pulau Miangas, Sulawesi Utara. Pulau paling ujung ini menjadi tapal batas utara Indonesia yang berbatasan laut dengan negara Filipina dengan jarak terdekat adalah Davao City, 45 mil laut.
Pulau yang memiliki luas 3,15 km2 dengan jumlah populasi 678 jiwa (sensus 2020) itu, kini merdeka energi setelah hadir BBM Satu Harga. Jika sebelumnya per liter mencapai Rp 12 ribu hingga Rp 15 ribu (tergantung kondisi cuaca), kini bisa mengakses BBM dengan harga yang sama.
Hal yang sama dirasakan masyarakat di Teluk Tomini, Desa Wakai, Kecamatan Una-Una, Kabupaten Tojo Una-Una, sebuah kabupaten kepulauan yang terletak di tengah-tengah teluk Tomini.
Nelayan di wilayah ini, sebelumnya kesulitan BBM, kini bisa bebas melaut di teluk Tomini dan tidak kesulitan lagi mendapatkan BBM. BBM Satu Harga juga telah mendukung sektor pariwisata yang menjadi unggulan wilayah ini.
Distribusi BBM dilakukan dengan kapal tanker SPOB (Self-Propelled Oil Barge) dari Terminal BBM Poso sejauh 108,7 mil laut dengan waktu tempuh normal 1 hari. Diresmikan sejak Desember 2017, konsumsi BBM di wilayah ini per bulan mencapai 75 kilo liter untuk Premium dan 15 kilo liter untuk Biosolar.
“Harga BBM di Kepulauan Wakai dan Togean sebelumnya dibeli masyarakat nelayan dengan harga bervariatif. SPBU terdekat berada di daratan Kota Ampana yang berjarak 2-3 jam menggunakan speed boat atau kapal cepat. Hal ini mengakibatkan harga BBM di wilayah tersebut sebelumnya rata-rata Rp 15.000/liter,” ujar Bupati Tojo Una-Una, Muhammad Lahay.
“Dengan hadirnya BBM Satu Harga di daerah kami, secara otomatis sangat membantu masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan,’’ lanjutnya.
BBM Satu Harga juga telah mendorong merdeka energi bagi warga di Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara.
“Sekarang dengan adanya SPBU Satu Harga ini harganya Rp 6.450 per liternya. Kalau bio solar sebelum ada SPBU juga mahal, bisa sampai Rp 30 ribu, sekarang masyarakat kita di Seko bisa beli Rp5.150 saja per liter," ujar Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani.