Secara garis besar kendaraan bermotor roda empat atau lebih dibagi menjadi dua kubu, yakni konvensional dan Cabin Over Engine (COE). Ciri tipe konvensinal adalah ada 'hidung' atau bonnet di depan kabin. Sedangkan COE, tidak punya hidung, sesuai namanya karena posisi mesin ditanam di bawah kabin.
Jika mencermati kondisi pasar Indonesia saat ini, populasi kendaraan niaga didominasi oleh COE dibandingkan dengan konvensional. Sebut saja Suzuki Carry, Daihatsu Gran Max, DFSK, Tata Ace, Mitsubishi L300, Isuzu Traga hingga truk heavy duty, tercatat menjejali pasar domestik dengan komposisi hampir 95%. Sebaliknya konvensional hanya tersisa seperti pikap Toyota Hilux, Isuzu Panther atau Mitsubishi Triton single cab.
Kondisi di Indonesia ini nyaris sama dengan yang dialami di negara-negara Eropa dan terjadi pula di Jepang. Di mana populasi kendaraan niaga konvensional menurun secara drastis. Sementara di belahan dunia lain, seperti di kawasan Amerika Utara kendaraan niaga masih didominasi oleh jenis konvensional.
Lalu apa yang menyebabkan COE meraja di sebagian pasar di dunia. Beberapa penyebab teknis maupun non-teknis menjadi penyebabnya.
Secara teknis, dengan dimensi kendaraan yang kurang lebih sama, CEO punya ruang kargo yang lebih besar dibandingkan konvensional dan hal itu dianggap punya efisiensi lebih baik dalam hal ketersediaan ruang kargo. Artinya dengan sekali dimensi yang sama, sebuah COE mampu membawa barang lebih banyak.
Faktor lainnya adalah keunggulan dalam visibilitas dan kemampuan bermanuver di tempat yang punya akses terbatas dan sempit.
Dari sisi non-teknis di regulasi yang berlaku di beberapa negara terutama Eropa yang memberikan batasan panjang maksimal dalam ukuran tertentu. Beda dengan Amerika yang lebih longgar, terutama pada ketentuan tentang panjang keseluruhan truk trailer.
Dikutip dari smart-trucking.com, faktor jalanan di Amerika Utara sangat mendukung lantaran punya jalanan yang relatif lebar dan panjang bahkan hingga kota kecil dan pedesaan sekalipun. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh smart-trucking, rata-rata orang Amerika lebih merasa aman jika mengendarai kendaraan yang memiliki bonnet alias hidung.
Inilah sebabnya truk konvensional masih mendominasi pasar Amerika. Bahkan pabrikan seperti Volvo ataupun Hino menyediakan truk bonnet mereka khusus untuk Amerika.
Bagaimana dengan Indonesia? Sepertinya tipikal market Indonesia punya kesamaan dengan Eropa. Hampir semua truk, mulai dari ukuran kecil sampai besar yang dijajakan di Indonesia tidak berhidung. Sedangkan versi berhidung, jumlahnya sedikit dan sebatas pemesanan khusus.
Demikian pula pada angkutan niaga ringan, praktis hanya tersisa Isuzu Panther pikap, Hilux pikap dan lain sebagainya dengan populasi minoritas, jika dibandingkan COE seperti Suzuki Carry ataupun Mitsubishi L300.