Tarik ulur produksi Suzuki Jimny di Indonesia belum menemukan titik cerah. Harapan yang diikuti keyakinan untuk melokalkan SUV mungil ini masih jauh panggang dari api.
PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) yang bertanggung jawab dalam manufaktur produk di Indonesia, melihat akan sulit merealisasikan produksi Jimny di dalam negeri. Komisioner SIM, Soebronto Laras menjelaskan akan sulit bersaing dengan India dalam memperebutkan 'hak' merakit lokal ini.
(Baca juga:Tertarik Beli Suzuki Jimny? Anda Harus Bersabar 10 Tahun)
Maruti Suzuki diketahui memang akan mulai mendapat jatah produksi unit Jimny di pabrik Gurgaon, India dalam waktu dekat. Hal ini dalam rangka membantu pabrik Kosai di Jepang yang menjadi satu-satunya tempat lahir SUV legendaris ini.
Soebroto menjelaskan volume dan kapasitas produksi di India, yang mencapai 2 juta unit, dianggap lebih ideal untuk membantu memenuhi permintaan Jimny baik lokal maupun ekspor ke negara-negara lain. "Nah kami ini kalau dijumlah kira-kira 240 ribu unit, dua pabrik di Tambun sama Cikarang. Jadi memang harus bisa bikin (produk) yang efisien," terang dia saat ditemui di Jakarta beberapa saat lalu.
Lebih lanjut dia menjelaskan, ada juga faktor lain yang menjadi masalah yakni soal spesifikasi. Model penggerak empat roda (4WD) yang dianut Suzuki Jimny teranyar ini membuat harganya menjadi mahal karena pajaknya yang lebih tinggi.
"Kalau harga di atas Rp 300 juta itu bisa kemahalan juga. Kan kalau bikin cuma jadi mahal, terus enggak laku, kan celaka juga," tambahnya.
(Baca juga:Secercah Kabar Baik Bagi yang Menunggu Pesanan Jimny)
Solusi lewat Katana
Melihat kondisi yang seperti itu, tidak lantas SIM patah arang. Soebroto menjelaskan kalau harga Suzuki Jimny bisa ditekan dan menarik minat konsumen lebih banyak maka peluang produksi dalam negeri mungkin saja terealisasi.
Salah satu alternatif yang mungkin dijajaki adalah mengadopsi Suzuki Jimny dengan format 4x2. Hal ini serupa dengan yang mereka lakukan dulu lewat Suzuki Katana. Namun Soebroto menjelaskan belum ada kesepakatan antara SIM dan prinsipal Suzuki pusat terkait dibuatnya produk alternatif ini.
Pada akhirnya dia menjelaskan, produk apapun yang akan mereka buat ke depannya, penting untuk membuat mobil yang ramah lingkungan. Hal ini terkait dengan peraturan perpajakan yang akan menimbang dari gas buang kendaraan yang dihasilkan.