Toyota Indonesia sedang galak-galaknya mempromosikan program elektrifikasi kendaraan, khususnya kendaraan hybrid. Kehadiran C-HR Hybrid menjadi salah satu titik penting dalam upaya mereka mendorong hadirnya era kendaraan listrik di Tanah Air.
C-HR Hybrid sebenarnya bukan produk pertama Toyota di Indonesia yang berbasiskan elektrifikasi. Sebelumnya PT Toyota Astra Motor (TAM) sudah punya Camry Hybrid dan Alphard Hybrid. SUV medium ini menjadi spesial karena harganya yang lebih ekonomis dibanding dua pendahulunya itu. Hal ini tidak lepas dari kebijakan khusus yang diterapkan PT TAM pada C-HR Hybrid.
Menariknya PT TAM tidak menutup langkah 'hibridisasi' ini akan diterapkan pada lini produk yang mereka miliki saat ini. Executive General Manager TAM, Fransiscus Soerjopranoto menjelaskan kalau konversi model kendaraan ke varian hybrid bukanlah perkara sulit, namun pertimbangannya harus matang.
"Kan ada juga yang bilang, 'pak kalau mau volume hybrid cepat (tercapai) pada tahun 2025, pasang saja di segmen low, langsung kan 25 persen. Pertanyaan saya, 'apa benar konsumennya mau beli?'," terang Soerjo kala menemani bincang-bincang santai dengan rekan media di GIIAS 2019, Sabtu lalu (27/7).
Menurut dia hal seperti ini tentu harus melalui studi lebih lanjut, mengingat C-HR Hybrid yang sudah mendapat 'perlakuan khusus' saja mengalami kenaikan harga sekitar Rp 30 juta. "Jangan-jangan kita mesti masuk (kendaraan hybrid) di segmen medium," tuturnya lagi berspekulasi.
Fenomena lain terkait kendaraan berbasis listrik yang menarik menurut Soerjo adalah kecenderungan konsumennya yang merupakan anak-anak muda. Hal ini tentunya akan masuk ke pertimbangan pemilihan produk yang akan dielektrifikasi TAM.
Lebih lanjut menurut Soerjo semuanya akan menjadi jelas tatkala Perpes terkait kendaraan listrik disahkan. "Nanti begitu Perpresnya keluar, semua APM pasti akan mulai kasak-kusuk," ceritanya menutup perbincangan sore itu.