Sebagai moda transportasi yang belum diproduksi massal dan terus dikembangkan Alat Mekanis Multiguna Pedesaan alias AMMDes beberapa kali menagalami perubahan spesifikasi. Teranyar, moda transportasi yang disiapkan untuk mendukung kegiatan masyarakat desa ini mengalami perubahan di sektor permesinan.
Dijelaskan oleh Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika, hal ini perlu dilakukan seiring dengan uji coba yang mereka lakukan. AMMDes yang tadinya disiapkan hanya untuk jalur off-road nyatanya dibutuhkan juga untuk masuk jalan raya. Untuk distribusi logistik misalnya.
"Dulu AMMDes itu menggunakan engine stasioner, karena arahannya menggunakan engine kendaraan, maka yang sekarang itu menggunakan grif. Kalau sekarang engine didatangkan dari India, sedang gear box-nya dari Taiwan," terang Putu.
Celakanya hal ini berdampak pada Total Kandungan Dalam Negeri (TKDN) AMMDes yang sebelumnya diklaim 90 persen, kini melorot jadi 'hanya' 70 persen. Ironis untuk produk yang dibuat dari dan untuk orang Indonesia sendiri.
Putu menjelaskan impor mesin dan transmisi ini dilakukan untuk memenuhi skala ekonomis AMMDes. Jika memaksakan menggunakan mesin yang dibuat lokal, ditakutkan harga AMMDes bisa naik jauh dari Rp 70 juta, harga dasarnya saat ini.
Lebih lanjut menurut Putu, TKDN AMMDes saat ini sudah terbilang besar dan sangat terbuka kemungkinan untuk kembali meningkat di masa depan. tentunya tak menampik ada kemungkinan akan ditingkatkan lagi.
"Ini baru tahap awal sudah mencapai itu (70%) sudah bagus. Nantilah kita dorong ke tahap optimal, pertama kita dorong produksinya agak masif sehingga biaya produksi akan lebih turun, jadi nggak bisa langsung lompat begitu," tutup Putu.