Dunia engineering telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sosok Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng. Tersohor sebagai ‘Mr Crack’ dalam industri kedirgantaraan, pria yang akrab disapa Rudi ini menjadi inisiator produk mobil nasional bernama Maleo. Nama ini diambil dari Macrocephalon Maleo, burung endemik Sulawesi, pulau tempat asal Habibie.
Dari berbagai sumber, disebutkan bahwa Proyek Maleo sendiri mulai dirintis pada saat Habibie menjabat sebagai Menristek pada Kabinet Pembangunan VII (1993-1998).
Tak tanggung-tanggung, proyek ini dipercayakan pada PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), yang kini bernama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) untuk menggawangi kelahirannya. Untuk memenuhi kandungan komponen lokal maka sederet nama perusahaan nasional lainnya pun dilibatkan seperti INTI, LEN, Pindad dan Krakatau Steel.
Dalam rancangannya, Maleo menggandeng Rover, pabrikan asal Inggris dan bocoran dokumennya pernah nongol di surat kabar Brimingham Mail yang memuat penampakan sketnya. Mobil ini menggambil basis dari Rover Metro yang cukup popular di Inggris Raya.
Dikabarkan Maleo menggunakan mesin 3 silinder 1.200 cc yang mampu menelorkan daya 80 ps dan diklaim mampu mencapai kecepatan maksimal hingga 140 km/jam. Sedangkan rancang bangun mobil berspesies sedan 4 pintu ini dapat dijejali pilihan mesin dari 1.100 cc hingga 1.300 cc.
Proyek mobil nasional Maleo terus dibicarakan sejak 1994. Bahkan, disadur dari berbagai sumber, Komisi X DPR meminta Habibie membuat mobil sendiri dengan berpijak pada industri pesawat terbang yang telah berkembang pesat lebih dahulu.
Usulan DPR lalu disampaikan Habibie kepada Presiden Soeharto. Menurut Habibie, Soeharto tidak berkeberatan. Suami dari mendiang Ainun itu lantas mengadakan kajian guna merealisasikan mobnas Maleo. Diperkirakan kelak saat dipasarkan Maleo akan dijajakan dengan banderol Rp 25 juta hingga Rp 30 jutaan
Prototipe Maelo saat itu digadang akan diluncurkan 1997, sayangnya proyek ini tidak sampai pada tahap realisasi produksi, lantaran pendanaannya terganjal oleh proyek mobnas lain, yaitu Timor.
Harapan kemunculan Maleo benar-benar pupus ketika prahara krisis moneter menimpa Indonesia pada 1998. Sebelumnya, proyek Mobnas Timor pun menuai masalah. Pada 1996, Indonesia dituduh menyalahi aturan World Trade Organization (WTO) mengenai poin pada ketentuan General Agreements on Tariff and Trade (GATT).