Secara teknis, aki konvensional atau kerap disebut aki basah dikatakan punya daya tahan lebih kuat daripada jenis aki free maintenance. Anggapan ini benar adanya, namun ada saratnya. “Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan agar aki konvensional bekerja secara optimal dan umurnya panjang,” terang Eron L Radja Sales Manager PT Wacana Prima Sentosa, produsen aki merek Massiv.
“Kunci utama dari aki konvensional adalah terjaganya level air pada aki dan itu harus dipantau jangan sampai levelnya kurang dari ukuran semestinya. Karenanya musti rajin-rajin dicek setidaknya sekali dalam seminggu,” terang pria berkacamata minus ini.
Eron mengatakan keunggulan aki Maintenance Free (MF) adalah meniadakan ritual pengecekan level air pada aki. Namun di sinilah juga sekaligus yang jadi kelemahan aki MF.
Secara garis besar, baik aki konvensional ataupun MF bekerja dengan metode sama yakni mengandalkan reaksi kimia yang dihasilkan pelat timbal dan cairan aki atau gel pada jenis MF. Walau pelat (timbal) dalam kondisi baik, namun jika cairan yang dimilikinya mengering maka akan terjadi kerusakan. “Dalam praktiknya sebagian besar kerusakan pelat dikarenakan keringnya larutan elektrolit dari aki tersebut yang disebabkan oleh proses penguapan,” sambungnya.
Perlu diketahui bahwa semua aki pasti alami penguapan, termasuk juga MF. Walau penguapannya relatif kecil, namun tidak bisa dibendung. Aki MF akan selalu alami penguapan tanpa bisa ditambahkan sesuatu untuk menjaga ‘cairan’nya tetap ideal. Hal ini yang bisa ditanggulangi pada jenis aki konvensional.