Waze dan Google Maps adalah apilkasi yang kini sangat familier dengan pengemudi mobil zaman sekarang, bahkan mungkin Anda. Dengan adanya aplikasi penunjuk arah tersebut di ponsel pintar, pengemudi sangat terbantu menuju ke tempat yang dituju walau belum paham arah. Bahkan bisa membaca kemacetan. Tapi ternyata di Malaysia, seperti dikutip Paultan.org hari ini, sejumlah politikus menganggap aplikasi-aplikasi ini bisa mengancam keamanan negara.
“Aplikasi semacam itu (Waze dan Google Maps) bisa mengancam keamanan negara kita karena data pemakainya bisa saja dibaca oleh negara lain seperti Israel dan Amerika Serikat,” ujar Datuk Raime Unggi, anggota Parlemen Malaysia. Apalagi anggota dewan perwakilan rakyat Malaysia itu menganggap bahwa warga Malaysia kini sudah jadi tergantung dengan Waze dan Google Maps untuk mencari lokasi. “Hal ini dapat menjadi bahan sumber informasi untuk pihak asing,” tegasnya.
Pendapat itu didukung anggota parlemen lainnya, Datuk Imohizam Ibrahim. Ia bilang, "Apakah kita sudah punya hukum untuk mencegah kebocoran informasi dari Waze dan Google Maps? Apa yang menjamin tidak akan ada kebocoran informasi yang bisa mengancam keamanan negara?"
Informasi yang ditakutkan bocor adalah data pribadi penggunanya. Mereka tak ingin data pribadi yang ada di email warga Malaysia bocor ke 2 negara adidaya itu. "Data itu bisa saja disalahgunakan," tegas Unggi lagi. Unggi meminta Kementerian Komunikasi dan Multimedia Malaysia untuk mengukur dan mengendalikan pemakaian aplikasi penunjuk arah ini. Tapi Deputi Kementrian dan Multimedia Malaysia, Jailani Johari sepertinya menganggap hal tersebut terlalu berlebihan.
“Kita harusnya tidak melihat kehadiran tiap teknologi baru sebagai ancaman dari kehidupan sehari-hari kita,” ujar Johari pada Channel NewsAsia (26/11). Pria berusia lima puluh tahun ini juga mengatakan bahwa publik juga punya pilihan, jika ragu atau takut menggunakan aplikasi tersebut ia mengatakan lebih baik tak usah digunakan.
Menurut Johari, yang berbahaya adalah kebiasaan pengguna internet berbagi data pribadi di dunia maya. Itu yang bisa disalahgunakan. Meski tak menganggap Waze atau Google Maps berbahaya, toh Jailani berjanji akan menindaklanjuti kedua aplikasi bersangkutan bila parlemen sangat concern terhadap hal ini.
Bagaimana menurut Anda, perlukah kita menganggap 2 aplikasi tersebut berbahaya juga bagi Indonesia? Silakan sampaikan pendapat Anda di kolom komentar bila memiliki pemikiran mengenai hal ini.