Di bawah era 80-an, truk konvensinal alias truk dengan hidung masih cukup mendapat tempat di jalanan Indonesia. Namun seiring perkembangan yang ada jenis truk ini tergeser dengan kehadiran truk tanpa hidung atau Cabin Over Engine (COE) yang menawarkan kapasitas bak lebih besar tanpa harus menambahkan panjang keseluruhan kendaraan.
Wajah-wajah seperti Chevrolet, Ford, GMC, Dodge ataupun Bedford menjadi pemandangan yang jamak ditemui saat itu, termasuk keberadaan truk Toyota yang dikenal luas sebagai Toyota Buaya. Nama Toyota Buaya disematkan lantaran moncong truk ini yang mirip dengan buaya, terlebih ketika kap mesinnya dibuka.
Nama sebenarnya dari truk ini adalah Toyota FA100 yang dibekali dengan mesin bensin 1F, 6 silinder, 3.878 cc dan tipe lainnya, bermesin 2F, 4.230cc. Sedangkan versi dieselnya disebut sebagai Toyota DA100 dengan mesin 2D, 6 silinder inline, 6.494cc.
Baru setelah Toyota Astra Motor (TAM) berdiri pada 1971, pemasaran truk ini diambil alih oleh TAM hingga akhir masa edarnya pada tahun 1986. Di bawah kendali TAM, truk ini sempat diekspor secara SKD (Semi Knock Down) ke beberapa negara, seperti Nigeria dan Australia pada 1973.
Pada tahun 1976 Toyota memberi facelift pada truk ini, sekaligus mengenalkan varian bermesin diesel untuk pasar Indonesia dan versi bensinnya mendapatkan upgrade mesin yang lebih besar dan bertenaga yakni 2F. Ciri yang mudah dikenali dari versi ni adalah warna standar, Nebula Green dan menggunakan lampu sein serupa milik Toyota Land Cruiser FJ40.
Toyota tidak hanya menjajakannya sebagai pengangkut barang saja, namun juga untuk dikaroserikan sebagai bus. Khusus untuk versi bus ini hanya dijual chasis + cowl depan saja.
Bus ‘Buaya’ ini banyak digunakan untuk instansi pemerintah dan perusahaan untuk mengangkut karyawan, sementara untuk PO swasta, salah satu yang sempat menggunakan bus Toyota Buaya adalah Po Safari Dharma Raya (OBL).
Khusus untuk pasar Indonesia, truk ini merupakan satu-satunya truk besar yang pernah dijajakan oleh Toyota Indonesia.
Walau keberadaannya sudah banyak tersingkirkan dari jalanan, namun hingga saat ini truk ini masih banyak dikaryakan sebagai truk pengangkut batu atau galian tanah yang masih bisa diandalkan.