Cabin Over Engine atau Forward Control (FC) yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai kendaraan dengan format kabin di atas mesin. Saat ini COE banyak digunakan pada jenis truk atau kendaraan komersial ringan seperti Mitsubishi L300, Isuzu Traga, Suzuki Carry, Daihatsu Gran Max.
Model ini banyak diminati karena mampu menyuguhkan bak yang lebih panjang yang artinya mampu membawa muatan lebih besar dari versi kendaraan bermoncong atau yang dikenal sebagai Normal Control (NC). Selain itu kendaraan COE punya pandangan yang lebih luas.
Panjang yang sama, tetapi kemampuan angkut yang lebih banyak, inilah menggerakkan Autocar, salah satu pabrikan truk asal Amerika untuk mengenalkan dengan format ‘engine under the seat’ pada 1899.
Konsep dari Autocar inilah yang kemudian dilabeli sebagai leluhur COE di dunia, walau truk asal Pittsburgh, Pennsylvania Amerika Serikat ini, tidak bisa langsung tenar karena dianggap kurang nyaman dan ketika itu dianggap punya posisi mengemudi yang aneh.
Kendati demikian, Sternberg, salah satu pabrikan asal Wisconsin, membuat truk berdasarkan konsep yang ditawarkan oleh Autocar. Sayangnya nasibnya pun tak terlalu baik dan hanya mampu menjual 7 unit truk, dari 1907 hingga 1914.
Walau demikian, sedikit demi sedikit, ide COE mulai diterima oleh khalayak saat itu. Salah satunya pihak militer Amerika yang membutuhkan truk yang lebih pendek karena mampu menghemat ruang pada saat pengiriman dan mampu mengangkut muatan lebih banyak.
Autocar bisa dikatakan bisa menikmati ‘jerih payah’ COE saat membuat truk untuk Angkatan Bersenjata AS pada awal 30-an dan kemudian berlanjut hingga Perang Dunia II berlangsung. Model yang terkenal adalah Model U yang hadir pada 1933.
Modern Cab Over Engine muncul pasca perang dan desainer Viktor Schreckengost dan Ray Spiller, saat merancang truk cab-over engine untuk White Motor Company pada tahun 1932.
Schreckengost inilah yang kemudian mematenkan keunggulan COE terutama tentang keunggulan dalam hal daya angkut.