Pada tahun 2015, Mercedes-Benz bikin kejutan ke seluruh dunia bahwa mereka akan menghadirkan sebuah pikap. Ini merupakan kolaborasi bersama aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi. Basis produksinya di sejumlah unit produksi Nissan dan Renault di beberapa negara di Eropa maupun Amerika Selatan.
Setahun kemudian, muncul nama baru dari mobil itu sebagai X-Class Concept. Waktu itu, otrang nomor satu pabrikan asal Jerman ini, Dieter Zetsche, mengatakan bahwa segmen pikap diyakini mereka merupakan ceruk pasar yang masih akan berkembang pesat.
Pada masa itu juga sudah dicanangkan bahwa pasar Australia, Selandia Baru, Eropa, Amerika Latin, dan wilayah Afrika adalah sasaran utama dari pemasaran pikap baru itu. Mesin yang terpilih adalah V6 diesel turbocharged yang dipasangkan dengan sistem penggerak all-wheel-drive.
Klaim Mercedes, X-Class akan menjadi truk pikap "premium" pertama di dunia bersaing dengan Lincoln Blackwood, CadillacEscalade EXT, maupun Chevrolet Avalanche. Ya, semuanya termasuk pikap yang akhirnya gagal di pasaran.
Namun dari nama-nama tadi, X-Class termasuk paling terakhir pamit dari pasar. Penjualan global X-Class pada tahun pertamanya di 2018 hanya 16.700 unit. Itu sudah merupakan penjualan di wilayah Eropa, Australia, dan Afrika Selatan. Tahun 2019, penjualan semakin menurun, sekitar 15.300 unit. Sampai kemudian pada Mei 2020 X-Class harus berhenti diproduksi karena penjualan semakin menyedihkan.
Ada sejumlah hal yang membuat pikap Mercedes-Benz ini gagal disukai konsumen. Pertama yang mengemuka, konsumen banyak kecewa dengan opsi sharing platform antara pihak Mercedes-Benz dengan Nissan-Renault. Fans berat Mercedes-Benz justru berharap sebuah model yang sama sekali baru.
Masalah ini semakin diperparah dengan penggunaan mesin Nissan-Renault di varian terendah, meskipun X350 bermesin sama dengan G-Class. Konklusinya, X-Class terlanjur dipersepsikan sebagai versi rebranding yang lebih mahal dari Nissan Navara.