Pasar otomotif tahun ini, berbeda dibanding tahun sebelumnya, kali ini cukup mengalami penurunan yang turun drastis. Pasar otomotif sudah tergerus, pandemi membuat ritel otomotif januari- maret menurun sebesar 15,7 persen atau sekira 292 ribu unit.
Memasuki awal 2020, kondisi pasar otomotif nasional terpengaruhi oleh situasi politik yang naik turun, bencana banjir awal tahun membuat catatan bagi penjualan industri otomotif yang kurang baik. Terlebih adanya pandemi covid-19 yang terjadi yang dimulai Maret 2020.
Dampaknya, GAIKINDO juga merevisi target industri otomotif nasional dari 1,1 juta unit menjadi 600 ribu unit saja. Terkait kondisi penjualan Suzuki, pada kuartal pertama januari maret 2019 Suzuki mampu menjual sebanyak 25.425 unit, cukup baik dibanding periode sama di tahun sebelumnya yang hanya mencapai 22.869 unit.
Selain produk baru, Suzuki juga memperkuat penjualannya dengan menghadirkan berbagai macam program menarik mulai dari program beli mobil berhadiah motor dan perangkat gadget serta program aftersales seperti jaminan bebas perawatan selama 50 ribu kilometer.
“Sejalan dengan apa yang sudah diproiyeksikan bisnis otomotif Suzuki di era pandemi, secara umum dari data GAIKINDO yang semula 1,1 juta unit menjadi 600 ribu unit hingga akhir tahun. Suzuki tidak akan keluar pakem dari target tersebut, meski demikian, Suzuki tetap memprediksi penjualannya akan ada degradasi 40-50 persen dari target Suzuki selama masa pandemi covid-19 ini.,” ujar Harold Donnel, Head Product Development PT Suzuki Indomobil Sales (SIS).
Harold juga menjelaskan, jika ditelaah dari sisi market, Suzuki beruntung, karena tidak semua market turun, beberapa market naik pada periode januari april 2020 dibanding periode sama tahun sebelumhya Januari April 2019.
April turun 29,5 persen dari retail sales Suzuki. Market share Suzuki justru naik Januari-April dengan performa 9,3 persen, sedangkan pada Januari-April 2020 meraih angka 11,5 persen.
Tentunya hal ini ada pengaruhnya dari model-model yang diproduksi secara lokal, sehingga sangat membantu penjualan di masa pandemi. Secara total produksi secara lokal oleh Suzuki mencapai 88 persen, sedangkan 12 persennya merupakan dipasarkan secara CBU.
Kontribusi terbesar dari pikap, yang menjadi andalan di angka 50 persen, sebagai penunjanng ekonomi, kemudian Ertiga 20 persen, SUV 15-20 persen, sisanya City Car dan lainnya.
Penjualan pikap masih stabil, pada periode Januari-April, pikap low turun dari 18 persen menjadi 10 persen secara nasional. Namun market share naik dari 39 persen jadi 59 persen. Di sini Suzuki berhasil melakukan strategi dengan berbagai program diskon dan lainnya.
Kontribusi naik, menurut Harold disebabkan oleh cabover seperti APV minibus, Carry karoseri naik dari 2 persen jadi 3 persen, kontribusinya naik dari 12 persen menjadi 30 persen.
Ada hal yang cukup unik, yaitu APV ambulance, meraih 70 persen dari total jualan cabover, jualan angkot juga naik di jabodetabek, karena adanya peremajaan karena program Jaklinko, penjualan Carry angkot naik berkontribusi 30 persen.
Ia juga menyebutkan, salah satu unci Suzuki bisa bertahan, yakni sebaran jalur distribusi yang dilakukan Suzuki 341 outlet seluruh Indonesia. Selama pandemi sangat membantu penjualan Suzuki di wilayah yang tak terjangkit pandemi. Dealer 60 persen tutup sementara, namun sisi lain dealer di kota yang tak terkena dampak pandemi mampu menopang penjualan Suzuki di tengah pandemi.
Tak hanya itu, strategi lain dilakukan Suzuki yang bekerja sama dengan leasing untuk pembiayaan menjadi program DP rendah untuk pikap, angsuran 3 jutaan dan bunga rendah untuk pembelian produk suzuki.