Salah satu fokus utama pemerintah untuk memudahkan mobilitas masyarakat melalui transportasi umum adalah layanan yang terintegrasi. Kami sempat mencoba bus feeder bus rute 8D yang menghubungkan Joglo ke Blok M. Seperti apa impresi kami?
Kami naik dari titik pemberhentian ujung bus di dekat pintu tol Joglo, Jakarta Barat. Armada yang kami naiki bersasis Mitsubishi FE medium bus dengan warna biru-putih.
Oiya, rute non-koridor ini hanya dilayani oleh bus jenis medium saja. Uniknya, konfigurasi bangku bisa berbeda di tiap bus. Ada versi saling berhadapan atau jok standar menghadap depan.
Selama masa pandemi, kapasitas penumpang bus juga dibatasi. Sehingga ketika sudah mencapai batas kapasitas, maka penumpang diarahkan untuk menunggu bus selanjutnya dengan interval kedatangan sekitar tiap 5-10 menit.
Untuk rute perjalanannya, bus melaju dari Joglo ke Pos Pengumben dan masuk di jalur Transjakarta koridor Lebak Bulus-Harmoni. Bus nantinya akan berhenti juga di halte TJ, RS Medika di sini penumpang bisa melanjutkan perjalanan ke arah Lebak Bulus atau Harmoni tanpa dikenakan biaya tambahan.
Selanjutnya bus menuju rute non-koridor, yakni Jl.Kramat dan melaju ke arah Mayestik dan RSPP. Lalu melewati Bulungan dan berakhir di Terminal Blok M.
Untuk berpindah moda transportasi ke bus kota atau Transjakarta, bisa langsung beralih melalui peron (jalur) bus yang sesuai dengan jurusan yang tertera. Sementara untuk menuju Stasiun MRT Blok M, kami harus berjalan kaki sekitar 500 meter saja dan melewati Blok M Mal yang ada di bawah tanah Terminal Blok M.
Bagi kami, perjalanan dengan feeder bus ini terbilang murah dan cukup nyaman, juga terintegrasi dengan transportasi massal lainnya. Apalagi jika dibanding dengan bus di rute yang sama sebelumnya, yakni Metromini S70, maka layanan bus 8D ini jauh lebih baik dan aman.