Tantangan bus listrik nasional buatan PT Mobil Anak Bangsa (MAB) bukan hanya datang dari dalam negeri. Namun pesaing dari luar negeri dengan produk impornya yang siap membanjiri pasar juga.
Untuk itu diperlukan produk yang bukan hanya menarik bagi konsumen, tapi juga berkualitas. Sehingga mampu menghasilkan kendaraan listrik unggulan dengan kandungan lokal yang tak kalah untuk pasar domestik maupun regional.
Hal tersebut yang mendorong PT Mobil Anak Bangsa (MAB) bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi dan lembaga penelitian, salah satunya Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kamis (26/11).
Rektor ITS, Mochamad Ashari mengatakan ini merupakan kali pertama antara ITS dengan PT MAB dan kerja sama ini merupakan hasil dari inisiatif Menristek yang ingin membuat ekosistem mobil listrik.
ITS nantinya akan menjadi pihak yang membantu mengembangkan sistem kontrol kendaraan. “Meskipun ITS sudah lama terjun dalam dunia inovasi mobil listrik, diperlukan inovasi dan usaha yang lebih lagi untuk produksi skala komersil,” ungkap guru besar Teknik Elektro ITS itu.
Mengenai MoU perdana ini, Menristek/Kepala BRIN menyatakan kolaborasi triple helix ini penting untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang bersifat terbatas dan berpotensi merusak lingkungan.
Hal ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 yang membahas tentang percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai untuk mendukung penurunan emisi gas rumah kaca.