Mobil listrik perlahan-lahan mengambil porsi dari kendaraan berbahan bakar bensin di tanah air. Hal tersebut didukung oleh line up terbaru dari produsen dan juga ketersediaan fasilitas pengisian listrik.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan kehadiran kendaraan listrik berbasis baterai menjadi salah satu solusi untuk mengurangi impor bensin yang saat ini telah mencapai 40 hingga 50 persen.
“Kebijakan untuk energi nasional yaitu mengurangi impor bensin yang sekarang itu sudah 40-50 persen, itu salah satunya dengan kendaraan listrik, khususnya motor listrik,” kata Djoko di Kawasan Industri Branta Mulia, Citeureup, Bogor.
Kendaraan listrik, lanjutnya, juga dapat membantu untuk menekan dan menghemat subsidi bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Akhir-akhir, kata Djoko, pemerintah tengah kesulitan terkait subsidi energi yang dinaikkan menjadi Rp 502 triliun.
“Kendaraan listrik bisa menghemat subsidi sekitar 0,6 triliun per tahun. Tapi kita tahu bahwa sekarang BBM itu naik harganya di internasional, angkanya bisa mencapai subsidinya itu Rp 500 triliun, ini (data) dibuat pada tahun 2020 sebelum harga BBM naik,” katanya.
Menurut Djoko, pemerintah sebetulnya memiliki target untuk tidak impor bensin lagi pada tahun 2027, namun kemungkinan target tersebut mundur hingga 2030 karena hambatan pandemi.
“Kalau kita lihat angkanya sudah 21 ribu kendaraan (listrik) dan kita punya target 100 ribu (kendaraan listrik) di tahun ini. Tentunya itu (kehadiran kendaraan listrik) akan mengurangi nanti di 2025-2030 sekitar 300 ribu barrel oil per day. 300 ribu barrel bensin akan berkurang, otomatis kan subsidinya akan berkurang,” kata Djoko.
Sementara itu apabila dilihat dari sisi masyarakat, ia mengatakan masyarakat dapat melakukan penghematan biaya bahan bakar sekitar Rp100 ribu per bulan untuk motor listrik dan Rp320 ribu per bulan untuk mobil listrik.
“Kalau masyarakat tahu ini (penghematan biaya), mungkin akan segera berpindah (ke kendaraan listrik),” imbuhnya.