Kehadiran Indonesia Battery Corporation (IBC) pekan lalu bisa dibilang sebagai langkah positif dalam industri baterai kendaraan listrik (EV). Agar ekosistem EV makin semarak, pemerintah melalui Kementerian BUMN juga menawarkan investasi ke perusahaan asing.
Namun ada sejumlah syarat yang diajukan agar turut menguntungkan bangsa Indonesia.
"Kita terbuka untuk bekerjasama dengan siapapun. Hanya saja harus memenuhi tiga kriteria, yakni mendatangkan investasi pada sepanjang rantai nilai, membawa teknologi, dan pasar regional atau global. Tiga syarat itu penting agar seluruh rantai nilai di industri EV battery ini dapat dibangun secara terintegrasi melalui sinergi yang strategis,” jelas Menteri BUMN, Erick Thorir.
Tak berlebihan jika syarat tersebut diajukan Indonesia. Karena negeri ini memiliki potensi yang signifikan untuk mengembangkan ekosistem industri kendaraan bermotor listrik dan baterai listrik.
Mulai sektor hulu, Indonesia memiliki cadangan dan produksi nikel terbesar di dunia dengan porsi cadangan sebesar 24 persen dari total cadangan nikel dunia.
Sedangkan di hilir, Indonesia berpotensi memiliki pangsa pasar produksi dan penjualan kendaraan jenis bermotor roda dua dan empat yang sangat besar dengan potensi 8,8 juta unit untuk kendaraan roda dua dan 2 juta unit untuk kendaraan roda empat pada tahun 2025. Dengan keunggulan rantai pasokan yang kompetitif, setidaknya 35 persen komponen EV bisa berasal dari lokal.