OTODRIVER – Lewat peresmian dealer Chery BSP (Bina Sarana Pradipta) yang berada di kawasan Sunter, Jakarta Utara pekan ini (10/12) PT Chery Sales Indonesia (CSI) mengumandangkan akan kejar perwujudan 80 dealer di seluruh Indonesia sampai tahun depan.
Assistant President Director CSI, Zheng Shuo, menyebutkan,”Sampai akhir tahun 2024 ini akan ada 50 dealer baru Chery, dealer Sunter ini merupakan yang ke-40.”
Dealer 3S (Sales-Service-Spare Part) ini dijadikan titik ekspansi Chery untuk wilayah Jakarta Utara serta sebagian kawasan Jakarta Pusat. “Kami berharap penjualan dari dealer ini bisa mencapai 50 unit per bulan,” harap Budi Darmawan J. selaku Director of Sales CSI yang juga hadir dalam peresmian dealer dengan luasan lahan lebih dari seribu meter persegi itu.
Tidak ketinggalan, terdapat fasilitas isi daya listrik bagi pemakai Omoda E5 dan juga J6.
Khusus untuk J6, Budi Darmawan J. menyebutkan bahwa mobil listrik ini akan menjadi salah satu tulang punggung penjualan. Hal itu berkaca pada momentum yang dicapai saat ajang GJAW beberapa waktu lalu.
“Dari 1.400 SPK yang kami terima, lima puluh persennya adalah pemesanan untuk J6,” kata Budi lagi.
Meski begitu, ia mengaku juga gusar dengan rencana pemberlakuan dari pengenaan “PPN 12 Persen” yang tengah hangat dibicarakan. “Terus terang ini memang akan menjadi perhatian serius dari kami sebagai APM. Kalaupun pemberlakuannya memang tidak bisa ditunda, kami berharap bisa diterapkan secara bertahap karena pasar otomotif nasional di tahun 2024 kondisinya belum terlalu menggembirakan.”
Hal serupa juga diutarakan oleh President Commissioner BSP, Jongkie D. Sugiarto sembari berseloroh menyebutkan bahwa sampai akhir tahun 2024 merupakan momentum yang baik untuk membeli mobil baru.
Sejurus kemudian pria yang juga menjabat Ketua I Gaikindo itu menerangkan bahwa awal pihak BPS menjalin dengan Chery Indonesia berkaitan dengan adanya indikasi keseriusan pihak Chery dalam beroperasi di Indonesia.
Chery dalam awal kegiatannya di Indonesia memang tidak memboyong unit secara utuh alias CBU (Completely Bulit Up) melainkan lewat pola SKD atau Semi-Knock Down. Tahapan ini berlanjut hingga kemudian Chery sudah termasuk produk asal Tiongkok yang mampu merakit kendaraan secara Completely Knock Down untuk model kendaraan bermesin fosil maupun yang bertenaga listrik.
“Bahkan dalam satu tahun pertamanya Chery sudah bisa ekspor juga, hal ini bukan soal yang mudah lho,” ungkap Jongkie.
Saat ditanyakan peluang dirilisnya Jaecoo yang merupakan ‘saudara kandung’ dari Chery, Zheng Shou memberikan estimasi bahwa produk berspesifikasi hibrida itu akan hadir tahun depan.
Perihal peluang kendaraan hibrida mendapatkan insentif dari pemerintah, Jongkie kemudian menyebutkan setidaknya ada empat hal yang membuat layak mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. “Pertama, mobil hybrid itu redah konsumsi BBM-nya, kemudian potensi polusinya juga rendah, tidak perlu charging station yang saat ini masih jadi hambatan mobil listrik, biaya produksi tidak semahal BEV, dan ini yang juga penting karena masih butuh juga komponen kendaraan ICE,” jabarnya.
Singkat kata, masih menurut Jongkie, secara ekosistem industri otomotif akan minim kontraksi atas kehadiran mobil hibrida. (EW)