OTODRIVER - Indonesia unggul dalam sumber daya nikel yang menjadi salah satu bahan baku mineral untuk baterai EV. Untuk itu, Pemerintah Indonesia sedang memprioritaskan pengembangan industri hijau yang mencakup produk ramah lingkungan, efisiensi sumber daya, dan transisi energi.
Hal itu dikatakan Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian Indoensia, Eko S.A. Cahyanto bahwa pihaknya tengah menjalankan program akselerasi kendaraan listrik di Indonesia hingga tahun 2040.
"Permintaan kendaraan listrik global diperkirakan sudah mencapai 55 juta unit pada tahun 2040, dan tentunya baterai litium menjadi salah satu bahan paling penting dalam industri tersebut,” kata Eko dikutip dari Antara, Senin (11/9).
Perlu diketahui, saat ini yang menjadi masalah utama akselerasi kendaraan lsitrik adalah masih mahalnya motor atau mobil listrik. "Sekitar 62 persen pemain pasar otomotif di Indonesia berada pada level Rp 300 juta ke bawah. Sementara saat ini kendaraan listrik masih di atasnya, dimana masih masih jauh dari jangkauan konsumen menengah ke bawah, yakni Rp 150 juta sampai Rp 300 juta," ujar Sekertaris Jenderal Gaikindo Kukuh Kumara dalam diskusiTantangan dan Peluang Adopsi Kendaraan Listrik di Indonesia yang disiarkan melalui YouTube, Rabu (6/9).
Namun, ia meyakini harga mobil listrik tersebut bisa turun Indonesia jika berpeluang menjadi pemasok global komponen kendaraan listrik global dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun. Dimana nantinya, berbagai komponen kendaraan listrik sudah bisa dibuat di dalam negeri.
"Indonesia masih tergantung dengan impor material jenis baja, bahan baku baterai dan lainnya. Ekosistem ini yang perlu dikembangkan lebih dulu untuk menjaga peluang kita menjadi rantai pasok global kendaraan listrik,” kata Kukuh. (GIN)