Bioetanol merupakan salah satu bentuk energi alternatif yang mulai digunakan, keunggulan dari bahan bakar tersebut berasal dari sumber energi terbarukan, yang artinya bakar etanol tidak terbatas seperti bahan bakar fosil.
Ternyata, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menyebut pihaknya sudah memproduksi mesin berbasis etanol di Indonesia. "Kami sudah memproduksi mesin berbasis etanol di Indonesia. Kami punya teknologinya, tapi etanolnya di Indonesia nggak ada, jadi ekspor ke Amerika Selatan," kata Direktur Hubungan Eksternal TMMIN Bob Azam dalam Seminar 100 Tahun Industri Otomotif Indonesia yang disiarkan di Youtube Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Selasa (11/10).
Dalam mendukung Net Zero Emission (NZE) atau netralitas karbon yang dicanangkan tercapai pada 2060, Toyota siap bila Pemerintah Indonesia menginginkan penggunaan mobil ramah lingkungan berbasis bahan bakar nabati etanol, di samping Biodiesel 30 (B30) yang merupakan campuran BBM dengan minyak sawit mentah (CPO).
"Transisi menuju energi baru terbarukan memegang peran penting dalam menjaga ketersediaan energi dan lingkungan yang lebih hijau untuk generasi di masa yang akan datang. Netralitas karbon merupakan suatu keniscayaan," ujar Bob.
Perlu diketahui, pada 2010 Toyota menempatkan produksi mesin berbasis etanol di Indonesia, seiring dengan kebijakan pemerintah yang ingin mengembangan biofuel di dalam negeri. Namun, kebijakan pemerintah yang tidak konsisten, malah beralih dari ide pengembangan biofuel ke gas untuk bahan bakar kendaraan.
Bahan Bakar Nabati (BBN)/Biofuel adalah salah satu energi yang dihasilkan dari bahan baku bioenergi melalui proses/teknologi tertentu. Bahan Bakar Nabati terdiri dari Biodiesel, Bioetanol dan Minyak Nabati Murni.
Bioetanol dikenal dengan istilah E100, dibuat dengan teknik fermentasi biomassa seperti umbi-umbian, jagung atau tebu, dan dilanjutkan dengan destilasi. Jenis bioetanol ini dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung sebagai bahan bakar.