Putaran mesin, memiliki keterbatasan. Mesin bensin rata-rata bisa berputar hingga 6.500-7.500 rpm untuk putaran tertingginya. Mesin diesel lebih rendah lagi, kisaran 5.500-6.500 menjadi putaran tertinggi mesinnya,
Tak mengerankan kalau kendaraan perlu transmsisi dengan berbagai rasio gigi persneling diperlukan. Nah, untuk menghantarkan daya dari putaran mesin, diperlukan transmisi atau girboks, kemudian akan berakhir pada gardan yang terdapat final gear di dalamnya, sebagai rasio akhir untuk memutarkan as roda.
Dengan begitu, putaran mesin yang terbatas akan mampu memutarkan roda sesuai kecepatan yang diinginkan. Tetapi, tentunya bukan saja kecepatan yang jadi tujuan. Kemampuan angkut beban, kuat menaklukkan tanjakan, juga menjadi perhitungan.
Beberapa waktu lalu, pada kelas LDT (Light Duty Trucks) semacam Mitsubishi Canter, Isuzu Elf maupun Toyota Dyna, menjadikan rasio final gear mereka sebagai sarana promosi.
Rasio 6,6:1 menjadi andalan dari masing-masing merek. Asumsinya, dengan rasio final gear tersebut, akan membuat truk tersebut lebih cocok untuk mengangkut beban yang berat.
Tentunya diimbangi dengan rasio gigi transmisi yang menunjang performa tersebut. Rasio gigi di transmisi akan memiliki variasi gigi yang ideal untuk di jalan menanjak maupun datar.
Lantas, bagaimana mengetahui rasio gigi akhir kendaraan tersebut? Bisa dengan melihat spesifikasi pada brosur atau menanyakan pada dealer. "Bahkan bisa dihitung dengan melihat langsung pada gigi ring dan pinion di dalam gardannya," tukas Sutami, pebengkel mobil off-road yang juga kerap mengombinasikan rasio gigi akhir di mobil racikannya.