Gelaran Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 Bali telah usai dilaksanakan. Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam upaya menunjukkan kinerja kendaraan listrik yang dianggap sebagai transportasi masa depan.
Touring kendaraan Listrik Jakarta – Bali pun dilakukan untuk menguji kemampuan kendaraan kistrik yang menempuh 1.250 kilometer ditempuh dalam 4 hari. Touring kendaraan listrik ini melibakkan sejumlah produsen kendaraan listrik, seperti DFSK Gelora, Hyunday, Lexus (Toyota), Nissan, Wuling, Fuso, Mistsubishi, Bluebird Grup (BYD).
Namun, masih terdapat kendala dalam penggunaan kendaraan listrik untuk perjalanan jarak jauh, karena terbatasnya penyedian insfrastruktur SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum). Untuk sementara waktu hanya bisa untuk mobilitas perkotaan, itupun harus sudah siap dulu penyediaan SPKLU di sejumlah tempat yang strategis.
Transportasi menggunakan kendaraaan listrik diharapkan mampu mengatasi krisis energi dan mendukung udara bersih. Perbanyak kota-kota di Indonesia untuk segera membenahi layanan transportasi umum dengan menggunakan kendaraan listrik produksi dalam negeri.
Jangan Gagal Seperti BBG
Sebelum adanya perpindahan kendaraaan konvesional ke kendaraan listrik muncul di Indonesia, pemerintah memiliki program konversi kendaraan BBM ke bahan bakar gas (BBG). Program ini juga ditujukan sebagai upaya pemerintah dalam mengurangi ketergantungan pada impor BBM.
Program BBG ini tidak berjalan masif, karena pada kenyataannya sampai saat ini konsumsi BBM kita masih tinggi yang menyebabkan impor terus membengkak.
Program konversi ke BBG ini sebenarnya sudah ada sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bahkan, Bahkan kementerian ESDM saat itu ingin membuktikan bahwa program konversi BBM ke Bahan Bakar Gas ini bukan hanya sekedar wacana. Namun, hingga saat ini program konversi BBG belum ada kejelasan.