Tepat 1 April 2022, Korlantas dan PT Jasa Marga (Persero) akan menetapkan tilang elektronik atau Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) untuk jalan tol.
Hal ini perlu kita apresisasi sebagai salah satu upaya untuk mereduksi terjadinya pelanggaran yang memperbesar peluang kecelakaan.
Pelanggaran batas kecepatan maksimal yakni di atas 100 km/jam akan diganjar tilang elektronik yang terhubung dengan perangkat CCVT.
“Harusnya batas kecepatan bawah juga dikenai pasal yang sama dengan pelanggar batas kecepatan maksimal. Namun pada saat ini tak sedikit pengguna jalan tol yang melanggar batas bawah ini,” tutur Sony Susmana, Director Training Safety Defensive Consultant (SDCI), Selasa (29/03).
“Diharapkan dalam pelaksanaannya nanti berlaku adil, sama dengan pelanggar ambang kecepatan lainnya yang diatur melalui peraturan Menteri Perhubungan tentang Tata Cara Penetapan Batas Kendaraan,” imbuh pria ramah ini.
Sony mengatakan bahwa berkendara di bawah kecepatan yang ditentukan punya potensi kecelakaan yang besar juga. “Perlu dipahami jika jalanan merupakan sebuah ekosistem yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Sehingga apabila ada yang tidak sesuai dengan ketentuan maka akan berimbas pada ekosistem tersebut,” sambungnya.
“Kendaraan yang berjalan terlalu lambat atau di bawah batas kecepatan minimal akan menghambat laju kendaraan lain di belakangnya (menciptakan ripple efect) dan beresiko terjadi tabrak belakang,” paparnya.
Baca juga : Ripple Effect Si Kemacetan Hantu
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), serta diperkuat Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) tentang Tata Cara Penetapan Batas Kendaraan pasal 3 ayat 4 pada pasal 23 ayat 4. Dijelaskan bahwa batas kecepatan di jalan tol yakni 60 km/jam sampai 100 km/jam, sesuai dengan rambu lalu lintas yang terpasang. Paling rendah 60 km/jam dalam kondisi arus bebas (tanpa hambatan), dan paling tinggi 100 km/jam untuk jalan bebas hambatan.