Perkembangan teknologi pada mesin tentunya diikuti pula dengan perkembangan asupan bahan bakar yang digunakannya.
Guna mengejar efisiensi, mesin-mesin modern dipaksa untuk mengoptimalkan kinerjanya. Dengan kapasitas mesin yang sama atau bahkan lebih kecil, harus dapat menghasilkan tenaga yang lebih besar, hemat bahan bakar dan ramah lingkungan.
Kondisi inilah, maka pembuat bahan bakar mesin pun berlomba untuk membuat formulasi yang tepat untuk mampu menyokong kinerja mesin-mesin modern tersebut.
Salah satu contoh adalah adalah Shell V-Power Nitro+ yang dirancang untuk mobil-mobil dengan mesin bensin berteknologi tinggi, khususnya yang jamak ditemui pada mobil premium.
Selain itu pada umumnya bahan bakar Shell sudah dilengkapi teknologi Dynaflex yang memiliki kekuatan membersihkan ruang bakar hingga 80%. Selain berfungsi membersihkan ruang bakar, teknologi molekul ini pun diklaim mampu meminimalisir efek gesekan yang dapat mengurangi performa mesin.
Namun, di luar sana ternyata masih banyak yang beranggapan bahwa mesin akan cepat panas apabila menggunakan bahan bakar berkualitas.
Kita akan bahas dari pokok persoalannya terlebih dahulu.
Salah satu penyebab utama timbulnya panas tak lain karena terjadi proses pembakaran pada mesin dan ditambah dengan kompresi. Semakin tinggi kompresi maka akan berpeluang menimbulkan panas lebih tinggi. “Kompresi tinggi memiliki kompensasi punya temperatur yang lebih tinggi, namun dibayar dengan tenaga yang lebih besar,” terang Aleg Purbaya dari Workshop 365 di bilangan Kalimalang, Jakarta Timur.
“Artinya dengan memanfaatkan kompresi tinggi, volume mesin lebih kecil pun mampu menelorkan daya lebih besar,” sambung insinyur mesin lulusan Universitas Gadjah Mada ini.
Mesin dengan kompresi tinggi membutuhkan bahan bakar yang sesuai. Dibutuhkan jenis bahan yang mampu menahan kompresi mesin tinggi dan lebih sulit terbakar. Namun dia akan terbakar tepat di mana dibutuhkan dan menjadikan tenaga yang optimal. Inilah yang menjadikan mesin efesien.
Maka mesin-mesin modern dapat menghasilkan tenaga yang besar hanya dengan mengandalkan mesin yang lebih kecil volume silindernya. Demikian halnya dengan mesin yang sudah dilengkapi dengan turbo. Kendati rasio dasar pada mesin relatif tidak terlalu tinggi, namun mesin dengan turbo dikatakan sebagai dynamic compresion ratio karena ada campur tangan udara yang dimampatkan oleh unit turbo. “Mesin turbo akan mengalami peningkatan kompresi saat mendapat semburan udara dari turbo,” beber Aleg.
Kinerja mesin dengan kompresi tinggi inilah yang lebih dominan menimbulkan panas yang relatif lebih tinggi dari mesin-mesin lawas yang umumnya punya kompresi rendah.
Jadi bukan bahan bakarnya yang menimbulkan panas yang tinggi melainkan aktifitas mesin dengan kompresi tinggi.
Anggapan panas berlebihan dikarenakan menggunakan bahan bakar berkualitas tidaklah benar.