Seluruh pabrikan otomotif terkena imbas kelangkaan chip yang terjadi secara global. Salah satunya Mercedez-Benz mengalami penurunan produksi dan penjualan secara signifikan karena sulitnya mendapatkan chip pada semester kedua tahun 2021 ini.
"Produsen chip menyebutkan kondisi itu akan terus berlanjut hingga 2022 secara struktural dan kemudian perlahan membaik. Artinya kelangkaan bisa terjadi hingga 2023," kata Kepala dari Mercedes-Benz Kallenius seperti dikutip dari BBC, Minggu.
Kallenius menyebutkan pandemi merupakan ujian tekanan dan bahkan mengibaratkannya sebagai sebuah kemacetan lalu lintas bagi industri otomotif, yang butuh waktu untuk kembali mengurai dan membuat jalan menjadi lancar.
"Kita harus belajar dari ujian tekanan ini dan melihat lebih jauh ke depan seluruh pihak yang terlibat dalam rantai pasokan chip agar bisa membuat sistem yang lebih kuat lagi," ujar Kallenius.
Analis dari Gartner yang merupakan perusahaan riset teknologi global, Koray Kose, menyebutkan selain kelangkaan.
Tekanan lainnya yang kini tengah dihadapi oleh industri chip adalah persiapan menyambut jaringan 5G. Disusul juga dengan larangan Amerika Serikat kepada para pemilik teknologi semikonduktor untuk menjual produknya kepada Huawei. Hal itu menyebabkan pembuat chip di luar AS kebanjiran pesanan dari China.
Ketika pandemi berlangsung, tanda-tanda awal permintaan untuk chip berfluktuasi menyebabkan penimbunan dan pemesanan chip di muka oleh beberapa perusahaan teknologi sehingga membuat pemain lain harus berjuang untuk mendapatkan komponen.
Masyarakat secara global yang bekerja dari rumah membutuhkan laptop, tablet, dan webcam untuk membantu mereka melakukan pekerjaan mereka padahal dan pabrik-pabrik chip tutup selama lockdown.
Hal itu menyebabkan tak sedikit konsumen berjuang untuk membeli perangkat yang mereka inginkan, meski pada akhirnya produsen sejauh ini selalu mampu memenuhi permintaan pada akhirnya.
Kabar kelangkaan chip yang diperkirakan akan terjadi hingga 2023 turut dibenarkan oleh raksasa teknologi di industri komputer IBM.