Berbeda dari memilih kendaraan penumpang, konsumen truk di Indonesia memiliki banyak pertimbangan sebelum membeli unit tersebut. Karena para pemilik lebih berpikir tentang bagaimana operasionalnya.
Karena truk berfungsi sebagai barang modal, dipakai usaha cari uang, bahkan dipakai untuk membiayai truk itu sendiri. Jadi mereka punya ekspektasi untuk dapat untung sebesar-besarnya. Hal ini berujung pada modifikasi ukuran kargo dan daya angkut yang kerap berlebihan.
Ini kerap disebut dengan over dimension and over load (ODOL). Meski terkesan menguntungkan, tetapi sebenarnya banyak kerugian yang diakibatkan oleh truk yang masih menerapkan ODOL.
Masih ada contoh lain yang disebabkan truk ODOL. Seperti disebutkan Attias Asril, GM Marketing PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) di mana dari sisi konsumen, secara kasat mata truk ODOL bisa menurunkan income mereka.
Menurutnya efeknya di jangka panjang, karena ODOL berpengaruh pada biaya perawatan kendaraan dan usia pakai kendaraan. Karena kendaraan dan komponennya akan lebih cepat rusak.
"Untuk negara merugikan, contohnya benerin jalan dan lainnya. Sehingga seharusnya uangnya bisa pakai utk membangun yang lain justru terpakai untuk perbaikan jalan saja," ucapnya.
Untungnya sekitar sejak dua tahun lalu, Kemenhub mulai gencar memerangi overload atau ODOL. "Kini penerapannya makin gencar dan makin banyak. Sehingga mulai banyak pengusaha besar yang dengan sukarela mengembalikan dimensi kendaraannya," tutupnya.