Awalnya pada 2016, PO Brilian asal Banyumas yang jadi pionir sleeper bus di Indonesia dengan armada berkapasitas 20 tempat tidur. Bus bersasis Hino RK260 itu memang dipasangi tempat tidur tingkat berukuran 185 x 85 cm.
Saat itu, bus tersebut langsung viral dan menjadi fenomena di tanah air. Namun usianya terbilang pendek, tak sampai setahun. Hal itu disebabkan masalah perizinan trayek dan konfigurasi tempat tidur yang dianggap tidak aman.
Contohnya bus Putra Jaya yang melayani rute Makassar-Palopo yang tiap 'kamar'nya diberi pintu dengan akses sendiri. Serta PO Bintang Prima jurusan Makassar-Toraja. Keduanya sama-sama beroperasi di Sulawesi dan mengandalkan bodi garapan karoseri Rahayu Santosa, Bogor.
Sementara sleeper bus lain dari PO Sempati Star, Rosalia Indah dan Harapan Jaya hanya ada di armada bus tingkat dengan memanfaatkan celah kabin penumpang dengan sekat supir di depan. Hasilnya, hanya tersedia dua bangku sleeper class di tiap bus.
Pengembangan terbaru untuk sleeper bus baru berembus tahun lalu di ajang GIIAS 2019. Saat itu karoseri Laksana merilis bodi baru berjuluk Legacy SR-2 Suite Class. Selain tampilannya yang unik, bagian dalamnya pun mengingatkan akan desain hotel kapsul.
Ada 20 seat yang tersedia dengan fasilitas yang terbilang komplet. Mulai dari hiburan LED layar sentuh, wifi, lampu baca hingga soket USB. PO Sinar Jaya menjadi perusahaan pertama yang mengoperasikannya. Kemudian baru disusul Shantika, Tami Jaya, Litha & Co. dan sebagainya.
Lika-liku perjalanan sleeper bus di Indonesia pun tak lepas dari kecelakaan. Ironisnya, melibatkan bus milik PO Sinar Jaya yang notabene menjadi pelopor pengguna Suite Class di tanah air. Kejadian pada 14 Februari tersebut mengakibatkan dua orang penumpangnya meninggal dunia.