Persaingan pabrikan mobil dalam menyuguhkan sosok mobil listrik semakin nyata. Namun disadari bahwa mobil listrik mempunyai kelemahan yang cukup mendasar yakni mengenai material baterai yang digunakannya.
Sebagian bahan baku baterai lithium ion seperti cobalt hanya didapatkan pada negara-negara dengan situasi geo-politik yang tidak stabil seperti halnya Congo.
Selain muncul dominasi model baru pun dikhawatirkan akan segera muncul, berkenaan dengan penggunaan cobalt dan baterai lithium ion. Kekhawatiran akan monopoli baterai akan muncul dan lebih buruk lagi akan terjadi krisis energi baru yang berhubungan dengan ketebatasan ketersediaan material cobalt.
Inilah yang menjadikan kekhawatiran banyak pabrikan untuk hanya mengandalkan masa depan mobil hanya pada model listrik semata. Salah satunya adalah Audi yang menegaskan akan lebih mendalami pengembangan mobil berbahan bakar hidrogen.
Seperti dikutip dari digitaltrend.com, Audi dikabarkan tengah menajamkan fokusnya pada program H-Tron. CEO Audi, Bram Schot, pihaknya tengah mempercepat penggunaan sumber tenaga alternatif sebagai cara untuk menghindari konsekuensi dari kekurangan ketersediaan baterai.
"Kami benar-benar ingin mempercepatnya," kata Schot. "Kami akan menempatkan lebih banyak prioritas dalam sel bahan bakar hidrogen dan berinvestasi lebih besar, lebih banyak kapasitas orang dan lebih banyak kepercayaan diri,"terangnya.
Audi mengunggap bahwa prototipe mobil hidrogen generasi VInya akan selesai pada 2019 ini. Diproyeksikan bahwa pada awal 2021, Audi sudah punya lini mobil FCEV dalam jumlah terbatas yang akan disewakan dalam program percontohan.
Salah satu mobil konsep H-Tron pernah muncul pada 2016 silam. Mobil ini mengandalkan dua motor listrik dengan muntahan daya 308 tenaga kuda.
Pabrikan yang berada di kepak sayap Volksewagen Group ini mengklaim bahwa H-Tron Quattro mampu menempuh jarak 372 mil atau 595,2 km dan melakukan refueling dalam waktu hanya 4 menit.