Ide pembatasan jumlah mobil berdasarkan usia produksinya tiba-tiba ramai dibicarakan. Praktis, wacana ini pun menuai berbagai komentar, walau rata-rata bernada pesimistis.
Isu mengenai pembatasan usia mobil sendiri dilontarkan oleh Budi Setiyadi selaku Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi. Petikan wawancara Budi mengenai pembatasan usia mobil dibahas oleh beberapa media nasional.
Jika maksud Budi wacana pembatasan tersebut untuk mengendalikan kepadatan lalulintas, sepertinya ide tersebut kurang tepat. Sebab, lebih elok jika instansi perhubungan dalam hal ini Direkorat Jenderal Perhubungan Darat - Kementerian Perhubungan fokus pada peningkatan transportasi massal.
Sayangnya Budi belum membalas pertanyaan kami melalui pesan singkat mengenai wacana pembatasan usia mobil yang ia lontarkan. Sementara itu kalangan komunitas agak menyayangkan wacana tersebut.
"Kalo saya sih tidak setuju. Salah satu alasannya adalah sumber pendapatan per kapita, banyak teman-teman yang keuangannya masih belum mampu membeli mobil baru atau tahun yang lebih muda," buka Rizky Basworo, Pembina Toyota Soluna Vios Club pada Jumat, 11 Januari 2019.
Menurutnya, jika wacana tersebut untuk mengurangi kemacetan, diyakini tidak efektif. Karena bisa saja pengguna mobil tahun tua malah beralih ke sepeda motor. "Lebih efektif untuk meningkatkan kualitas transportasi umum untuk mengurangi kemacetan. Kalau mobilnya masih fresh atau laik jalan, kenapa mesti dibatasi? Kecuali kalau sudah tidak laik jalan," komentar Rizky.
Suara ketidak setujuan juga dilontarkan Rafa, anggota komunitas Terios Indonesia. "Engga setuju. Kecuali kalau usia mobil sudah 10 tahun kemudian pemerintah mau membeli kendaraan kita, mungkin masih bisa diperhitungkan," kata Rafa.
Namun ada juga kalangan komunitas yang tak langsung menentang jika kebijakan tersebut kelak diimplementasi. "Kalau menurut saya sih tidak apa-apa jika diterapkan, tapi untuk Jakarta lebih dahulu misalnya," sebut Arie, Ketua Umum Indonesian Starlet Club.
"Sebenarnya asal si owner (mobil tua) taat pajak ya tidak masalah. Toh di Jakarta sudah ada peraturan ganjil genap," lanjut Arie yang percaya ganjil genap sudah mengurangi pemakaian mobil pribadi di jalan-jalan tertentu.
Namun jika mobil tua harus benar-benar disita dan dimusnahka, Arie dan rekan-rekannya pengguna Toyota Starlet pastinya pusing. "Berat juga, karena beberapa member sudah cinta mati sama Starlet-nya."
"Mudah-mudahan ada solusi yang lebih fair untuk kita kalau memang wacana di atas akan diterapkan," tutup Arie.