Badai belum berlalu untuk Nissan Motor. Salah satu pabrikan mobil terbesar dari Jepang ini mengalami penurun profit mencapai 98,5 persen pada kuartal dua tahun 2019, seperti diberitakan Reuters, Kamis (25/7).
Disebutkan kalau Nissan hanya mencatatkan laba 1,6 miliar Yen (sekitar Rp 206,408 milyar) pada periode April sampai Juni 2019. Angka ini terburuk sejak kerugian terakhir mereka, pada Maret 2008.
Tidak hanya itu, CEO Nissan, Hiroto Saikawa juga memaparkan kalau mereka akan menghentikan atau mengurangi kapasitas produksi dari pabrik mereka sebesar 10 persen, juga untuk periode 2020-2022 yang akan berdampak banyak pada fasiliatas di luar wiayah Jepang.
Hal inipun diakui oleh perwakilan Nissan di Tanah Air. President Director PT Nissan Motor Indonesia (NMI), Isao Sekiguchi menyatakan beberapa langkah ini perlu diambil untuk menunjang keberlangsuangan perusahaan.
"Seperti yang disampaikan CEO Hiroto Saikawa saat press conference minggu lalu (Kamis, 25/7), ini adalah, sebagai bagian dari upaya kami untuk memperbaiki operasi dan efisiensi investasi. Kami mengambil tindakan untuk menghentikan atau mengurangi kapasitas di lini produksi di delapan lokasi," terangnya.
Hal ini diprediksi akan berdampak pada pabrik Nissan di Indonesia. Adapaun sejauh ini fasilitas produksi tersebut bertanggung jawab merakit kendaraan Datsun.
Saat ditanya seberapa besar dampaknya terhadap fasilitas produksi yang ada di Purwakarta, Jawa Barat tersebut, Sekiguchi-san mengaku belom tahu terlalu banyak. "Tidak ada detail spesifik yang dapat dibagikan saat ini,” ucapnya.
Jika menelisik ke belakang, ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan besar-besaran bisnis Nissan ini. Salah satu pasar terbesar mereka, Amerika Serikat mengalami penururan penjualan sampai 4 persen sepanjang tahun. Sementara itu pasar Nissan di Eropa terganggu oleh regulasi emsisi gas buang yang semakin ketat. Hal ini masih diperparah lagi dengan kasus 'penyelewengan dana' oleh bekas bos besar mereka, Carlos Ghosn yang merusak citra Nissan di kampung halamannya, Jepang.