Seperti yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo saat membuka sebuah gelaran pameran otomotif di daerah Kemayoran, Jakarta pekan lalu (19/4), beliau memprediksi bahwa transisi mobil bermesin konvensional ke mobil listrik akan segera terjadi. Untuk menyambut hal tersebut, ada baiknya kami ajak Anda mengenal lebih dulu mobil yang dihibahkan Mitsubishi ke pemerintah Indonesia untuk kepentingan riset.
Sejatinya ada 2 jenis mobil yang diberikan Mitsubishi ke pemerintah Indonesia, adalah Mitsubishi Outlander PHEV dan Mitsubishi i-MiEV. Pembahasan mendalam soal Outlander PHEV yang merupakan mobil Plug-in Hybrid akan segera kami sajikan di kanal First Drive. Kali ini kami ajak Anda mengenal lebih dalam tentang Mitsubishi i-MiEV yang menggunakan tenaga motor listrik murni tanpa bantuan mesin konvensional.
Kehadiran i-MiEV di Indonesia sebenarnya sudah cukup lama, sejak medio 2011 tetapi belum dijual untuk publik, masih menjadi alat untuk riset berbagai Kementerian demi mewujudkan Perpres soal mobil listrik di Indonesia. Sangat berbeda dari saudaranya, Outlander PHEV, i-MiEV berbentuk city car dengan dimensi mungil dan dapat dipastikan lincah saat diajak meliuk-liuk di perkotaan. Karena ia sebuah City Car sejati, Mitsubishi membekalinya dengan motor listrik berkode Y51 serta baterai Lithium-ion bertegangan 330 V dan berdasarkan klaimnya, daya jelajah mobil mungil ini hanya sejauh 160 km saat baterai penuh.
Motor listrik tersebut mampu melontarkan daya hingga 49 kw setara 65 dk dan torsi 196 Nm, untuk sebuah mobil mungil ia mampu melesatkan i-MiEV dari 0-100 km/jam dalam 15,9 detik hingga mencapai kecepatan maksimalnya di 135 km/jam. Ia tak membutuhkan transmisi untuk mencapai kecepatan maksimalnya, tenaga tersebut langsung terlontar dari motor listrik yang terletak di poros roda belakang dengan rasio gir final 7,065.
Jika kehabisan daya, Anda dapat melakukan isi ulang yang memakan waktu 6 sampai 10 jam. Namun, tak perlu khawatir karena juga tersedia soket fast charging yang membuat pengisian daya hingga full hanya dalam 30 menit.
Rasa mengemudinya cukup bersahabat dan tidak intimidatif, layaknya mengemudi mobil konvensional, hanya saja mobil ini tanpa suara. Namun, beberapa kekurangannya adalah pengendalian yang terasa kurang tajam termasuk desain interior dan head unit yang terasa 'jadul'.