Duet Toyota Calya dan Daihatsu Sigra hanya memakai 'kipas angin' untuk mendinginkan penumpang belakang. Jadi peranti yang nama resminya adalah Air Recirculator ini mengisap udara dari depan dan mengembuskannya ke belakang. Berbeda dengan double blower yang mengambil udara dingin langsung dari sistem AC.
Pertanyaannya, mengapa Toyota dan Daihatsu enggan menggunakan double blower? Pertanyaan ini muncul karena mobil ini cukup lega dan masih ada banyak ruang di atap yang bisa 'dijajah' sedikit untuk saluran AC ke double blower. Artinya alasan bukan karena ruang sempit.
Menanggapi hal itu, Daihatsu menanggapi. Seperti kita tahu, walau ada yang bermerek Toyota, sejatinya kedua mobil ini dibuat oleh Daihatsu. Makanya mereka cukup berkompeten untuk menjawab.
Alasan itu sekaligus menjawab kenapa tidak semua fitur ada pada mobil seharga Rp 106,6-148,9 juta itu. Hadirnya sensor parkir depan, airbag dan ABS di Sigra A/T, harus dikompensasi dengan hilangnya satu headrest di bagian tengah serta penggunaan seat belt 2 titik untuk 3 penumpangnya. Intinya Daihatsu harus mengutak-atik fitur yang dimasukkan supaya plafon harga tidak dilewati.
Balik ke Air Recirculator, kami sendiri mencoba langsung di belakang saat perjalanan dari Jakarta ke Gunung Pancar di daerah Bogor. Ia tetap terasa dingin, lebih sejuk dibanding kipas angin biasa. Tentunya tergantung dari suhu kabin depan.
Kami bisa bilang Anda masih mendapatkan level dingin sekitar 80% dibanding jika menggunakan double blower. Embusan ini juga sampai secara memadai ke penumpang di baris ketiga. Namun bila baru selesai parkir di tempat panas, memang Anda harus menunggu lebih lama sebelum embusannya sejuk.