OTODRIVER – Cukup banyak cairan yang ditemukan di satu mobil. Sebut saja pelumas mesin, pelumas transmisi, air radiator, dan juga minyak rem. Minyak rem sendiri merupakan jenis fluida yang membuat kinerja rem bisa bekerja dengan sistem hidraulis.
Lantas, pelumas mesin dan pelumas transmisi butuh penggantian secara periodik. Kemudian, apakah hal yang sama harus diterapkan pada minyak rem?
Sumarmin selaku Kepala Mekanik Auto 2000 cabang Cilandak Jakarta Selatan mengungkapkan bahwa minyak rem membutuhkan interval penggantian di waktu tertentu.
"Minyak rem itu secara ketentuan diganti setiap 2 tahun atau sekitar 40.000 km sekali," ujarnya saat dihubungi oleh OtoDriver beberapa waktu lalu.
Menurut Sumarmin, penggantian cairan rem secara periodik guna memastikan kinerja rem bekerja dengan baik. ia mengatakan bahwa minyak minyak rem memiliki fungsi untuk memberikan tekanan dari pedal menuju perangkat kaliper rem dan harus dipastikan bahwa semuanya bekerja dengan sempurna.
Mengenai penggantian rutin minyak rem, Dhany Ekasaputra, Manager Promosi PT Autochem Industry pun nimbrung bicara. "Material pada minyak rem punya sifat menyerap air sehingga pada periode tertentu harus diganti.
“Sifatnya yang menyerap air akan membuat kandungan air pada minyak rem menjadi tinggi. Sebagai gambaran, titik didih minyak rem dalam kondisi baru bisa mencapai suhu 265 derajat Celcius. Namun saat terkontaminasi air, titik didihnya akan turun menjadi 155 derajat Celcius,” sambungnya.
“Dengan titik didih yang lebih rendah cairan rem tersebut sebagian akan berganti wujud menjadi gas sehingga tidak bisa dimampatkan dalam sistem pengereman. Dalam kondisi ini akan terjadi rem blong,” lanjutnya.
Mengenai jenis minyak rem harus mengikuti spesifikasi anjuran pabrikan. Penggunaan minyak rem yang tidak sesuai dengan anjuran akan berpengaruh performa pengereman. “Kinerja pengereman tidak akan optimal,” tutup Dhany.
Jadi, pastikan minyak rem mobil Anda dalam keadaan baik dan dilakukan penggantian secara berkala. (AW).