Jalan pintas menambah performa dengan melepas Exhaust Gas Recirculated (EGR), kerap dilakukan pemilik mobil diesel. Kurangnya pengetahuan ditambah dukungan pelaku bengkel yang ogah capek membersihkan peranti ini, semakin mendukung pemilik melepas EGR-nya.
Dengan asumsi performa lebih baik dan asap knalpot lebih bersih, cara ini dilakukan. Padahal sebenarnya cara tersebut tak benar dan malah meningkatkan polusi udara.
Untuk menekan kadar emisi gas buang atau dalam bahasa kimia Nitrogen Oksida (Nox) pada mesin diesel, pabrikan mengaplikasikan EGR agar sisa pembakaran yang keluar dari exhaust manifold tersebut tidak sepenuhnya dilepaskan ke udara bebas melalui knalpot dan dikembalikan lagi ke ruang bakar.
Peranti ini memiliki katup elektro-mekanis ini, bisa membuka dan menutup sesuai perintah modul yang dikontrol oleh Engine Control Unit (ECU). Alat yang terpasang sebelum intake manifold tersebut digunakan untuk menekan racun gas buang guna lulus standar emisi dunia, dengan satuan euro.
Sayangnya, kualitas diesel di tanah air yang kurang bagus, membuat jelaga timbul di seputar katup dan pipa EGR. Akibatnya udara yang di alihkan ke ruang bakar menjadi kotor dan miskin oksigen. Lama-kelamaan performa menurun ditambah asap knalpot menjadi hitam pekat layaknya tinta cumi.
“Jangan melepas EGR bila performa menurun, cukup dibersihkan dengan carb cleaner atau engine conditioner saja secara rutin, maka keraknya akan hilang. Dijamin performa kembali pulih,” pungkas Wahyu Purbowo, Kepala Bengkel Mitsubishi Srikandi Diamond Motors, Pos Pengumben.
Tanpanya, tingkat pencemaran udara akan terus meningkat dan dalam jangka panjang tentu berbahaya bagi kelangsungan hidup generasi penerus. Jadi jangan semata-mata menganggap kenaikkan performa, utamanya dengan melepas peranti ini.