Beranda Mobility Truk

Inilah Kisah Klasik Penyebab Rem Blong Kendaraan Besar

Truk
Penulis: Erie W. Adji
Selasa, 1 Oktober 2024 19:35 WIB
Truk - Inilah Kisah Klasik Penyebab Rem Blong Kendaraan Besar
Bagikan ke:

Kecelakaan akibat rem blong ini bukan kali pertama terjadi di Indonesia. Hampir tiap insiden truk kerap disebabkan oleh rem blong. Lalu kenapa ini selalu terjadi?

Seperti yang terkahir terjadi ruas tol dalam kota Jakarta akhir pekan lalu (26/9) yang menyebabkan satu orang meninggal dunia di lokasi kejadian.

Thomas Aquino Wijonarko, Intsructor Learning Center & Transformation Dept. PT Isuzu Astra Motor Indonesia, pernah menjelaskan bahwa sistem rem truk ada beberapa jenis. "Salah satunya sistem hidrolik (hidraulis) dari pedal. Di mana minyak rem akan mengunci kampas," katanya saat ditemui beberapa waktu lalu (10/12/2020).

Sistem ini menuntut daya pengereman yang tergantung pada kaki. Sehingga jika menginjaknya kuat, remnya kuat. Begitu juga sebaliknya. Untuk itu, di sistem ini biasanya ada brake booster.

Sayangnya, di sistem rem hidraulis punya kelemahan. "Karena begitu minyak hidrolik bocor, rem akan ngeblong," wanti Thomas.

Terlebih lagi masih banyak tidak disadari oleh pramudi truk bahwa besarnya dimensi truk yang besar membuatnya tidak bisa tergesa-gesa dan butuh ruang gerak yang luas ketika bergerak. Di mana bobot truk, apalagi bila dipenuhi muatan, sangat besar sehingga tidak mudah baginya untuk melakukan pengereman darurat.

Untuk itu, sebaiknya sebelum melakukan perjalanan, pengecekan kondisi rem mutlak dilakukan. Mulai dari komponen, minyak hingga kebersihannya. Apalagi truk akan melakukan perjalanan melalui jalur bebas hambatan.

Baca juga: Waspada Tabrakan Mobil Beruntun, Ini Tipsnya

Baca juga: Kemenhub: Perluasan Uji KIR Swasta

Apa itu brake fading?

Senior Investigator KNKT, Ahmad Wildan dalam satu kesempatan di ajang GIIAS 2023 juga pernah memaparkan hal tersebut. “Saya dalam melakukan investigasi, pasti menanyakan kepada supir, apa yang dirasakan saat menginjak pedal rem?” ujarnya. Menurut Wildan, pada umumnya sopir masih ingat kondisi saat menginjak pedal rem saat sebelum kecelakaan.

“Ada yang bilang pedal rem sudah diinjak, tetapi roda tetap meluncur,” jelasnya. Menurut Wildan gejala itu kemungkinan besar karena rem tidak mampu mengurangi putaran roda, disebabkan oleh brake fading atau kondisi yang melampaui kemampuan maksimal rem.

Bisa disebabkan pengemudi hanya menggunakan service brake (pedal rem). Kalau di jalan datar, tentunya service brake masih bisa optimal, tetapi di jalan menurun, harus disertai dengan secondary brake dari exhaust brake atau bahkan auxiliary brake, seperti brake retarder. Karena di jalan menurun, beban rem tak hanya bobot truk dan muatannya saja, tetapi juga pengaruh dari gravitasi.

“Pada kasus lainnya, ada yang merasa pedal rem seperti berat untuk diinjak, atau kerap disebut mbagel,” kata Wildan.

Angin tekor, bisa menyebabkan hal ini. Pada truk masih banyak yang menggunakan sistem rem Air Over Hydraulics, di  mana tekanan angin digunakan untuk mendorong fluida (minyak rem, Red) untuk menggerakkan kampas rem.

Karena angin kurang, maka tekanan tidak cukup untuk mengurangi putaran teromol rem. “Angin tekor ini, bisa terjadi karena pengereman dilakukan terus menerus, sementara pompa angin tidak mengisi tabung angin atau angin di tabung digunakan untuk perangkat lain, seperti klakson yang dibunyikan terlalu sering, sehingga tabung angin kosong,” kata Wildan lebih lanjut.

Ada juga kejadian tersebut akibat celah kampas rem yang terlalu jauh jaraknya, bisa juga menyebabkan rem tidak berfungsi maksimal. “Ini pun sopir sudah menginjak pedal rem dengan kuat, tetapi roda tetap berputar,” ungkap lelaki asal Tegal, Jawa Tengah itu.

Itu karena jarak kampas rem dengan teromol terlalu jauh, sehingga ketika pedal diinjak pun, kampas tak ‘menggigit’ teromol, sehingga roda tetap berputar.

Sebaiknya pengemudi dan pemilik truk juga rutin merawat sekaligus menjaga komponen serta sistem pengereman sebagai tindakan preventif terulangnya terjadinya kejadian rem blong.

Baca juga: Kecelakaan Bus Tabrak Belakang, Umumnya Karena Driver Merasa ‘Jago Nyetir’…

Baca juga: Selain Faktor ODOL, Kesadaran Keselamatan Berkendara Yang Kurang Jadi Pemicu Kecelakaan

Rutin ganti minyak rem itu wajib

Masih tingginya kejadian fatal dengan alasan rem blong yang melibatkan truk dan banyak kendaran dimensi besar lainnya di Indonesia secara umum brake fading atau kondisi yang melampaui kemampuan maksimal rem.

Selain juga acap kali dikarenakan muatan yang melebihi daya topang yang sebenarnya dari kendaraan.

Seperti diungkapkan oleh Ahmda Wildan, selain kampas rem dan seluruh komponen penunjangnya, minyak rem juga  akan jadi faktor penentu ‘blong’ atau tidaknya satu laju kendaraan besar. “Karena setiap material kampas rem memiliki suhu kerja maksimalnya,” sebut Dhany Ekasaputra, Manager Promosi PT Autochem Industry saat dihubungi langsung (24/9).

Suhu kerja maksimal itu akan menjadi salah satu penentu bisa bekerja dengan baik atau tidak sebuah sistem pengereman. Hal ini sebenarnya juga bisa dijaga dengan rutin menjaga kondisi minyak rem lewat penggantian rutin.

Dhany kemudian menceritakan pengalamannya menemukan cairan rem yang jarang diganti. “Hal ini membuat kandungan airnya sudah banyak, alhasil, titik didihnya akan mendekati titik didih air, komponen pengereman jadi tidak bisa bekerja maksimal,” ungkapnya.

Hal senada juga diutarakan oleh Novarian Praputranda, Aftermarket Marketing Section Head PT Indosarana Lokapratama ketika ditemui di ajang perhelatan GIIAS 2023. "Untuk bus dan truk tentu membutuhkan kinerja pengereman yang lebih ‘panas’ karena beban (angkut) lebih berat sehingga butuh titik didih yang lebih tinggi,” jelas pria yang menggawangi minyak rem merek Seiken ini.

Angka dia atas 250 derajat celsius suhu yang bisa ditoleransi oleh produk Seiken menurut klaim Novarian.  "Rem (kaliper) itu kan panas, dia akan mendidih jadi tidak boleh pakai minyak rem yang boiling point-nya rendah nanti bisa menyebabkan rem blong atau dikenal rem masuk angin. Saat injak rem, yang diinjek itu anginnya karena kan dia berbuih, nah ini yang tidak boleh,” wantinya.

Perawatan sistem pengereman memang termasuk tidak murah jika ditilik dari segi biaya operasional sebuah kendaraan berdimensi besar. Beberapa kasus yang pernah kami temui, seal di sistem rem pake gak orisinal agar biaya perawatan murah, ditambah cairan rem pun menggunakan kualitas rendah agar seal yang enggak ori itu gak cepet rusak,” jelas Dhany mengisahkan.

Padahal dengan memakai cairan atau minyak rem yang bermutu saja, soal perawatan berkala tetap harus dilakukan.

Formula kimia dalam minyak rem ada masa pakainya. Jika dipaksakan, tekanan rem bisa hilang dan rem mobil blong karena kualitas minyak rem menurun. Oleh sebab itu, sebaiknya minyak rem dikuras dan diganti seluruhnya dalam jangka waktu tertentu sesuai petunjuk pabrikan kendaraan.

Baca juga: Razia Beban Truk Di Tol Cipali Dengan Bantuan Teknologi

#kecelakaan #truk #bus #tol #remblong #knkt #brakefading #sistemrem #odol #oktober #2024 #korlantas #kemenhub #kir #jasamarga #safetydriving #defensivedriving

Bagikan ke:

Dapatkan update berita pilihan dan terbaru setiap hari dari otodriver.com. Mari bergabung di Channel Telegram OtoDriver, caranya klik link https://t.me/otodriver, kemudian join. Anda Harus install aplikasi telegram terlebih dahulu.

Serba-Serbi Berkendara Di Musim Hujan