Berbincang tentang pikap dan double cabin, bisa dipastikan obrolannya tak akan lepas dari sosok Toyota Hilux, Mitsubishi Triton, Nissan Navara, Chevrolet Colorado ataupun Ford Ranger. Walau sebenarnya ada satu lagi yang kadang luput dari perhatian adalah Mazda BT-50.
Padahal tidak ada yang salah dengan pikap yang satu ini dan sejatinya pikap ini merupakan re-badged dari Ford Ranger. Tidak ada perbedaan mekanikal ataupun mesin dengan Ford Ranger. Artinya yang membedakan dengan Ford adalah emblem dan beberapa desain di tampangnya saja.
Mazda BT-50 hadir pada 2006 di Bangkok Motor Show dan menggunakan basic Ford Ranger Gen II yang merupakan hasil kerja desainer Ford Australia. Keduanya memiliki desain bodi yang cukup identik dan bahkan bisa saling bertukar body parts di berbagai bagian.
Mesinnya pun serupa, Mazda menggunakan mesin 2.500 cc dan 3.000 cc yang dilabeli oleh Ford sebagai Duratorq.
Pada 2011, generasi keduanya hadir dan kembali menggunakan basis desain dari Ford Ranger T6 yang juga didesain oleh Ford Design Centre di Melbourne Australia. Namun demikian, Mazda mulai berani membubuhkan desain dengan ciri khas yang lebih kental. Hal ini terlihat jelas pada bagian eksterior, tampilan depan, buritan dan beberapa bagian bodi menyesuaikan dengan rancangan yang disebut 'Kodo Design' yang menjadi ciri khas lini produk Mazda.
Kehadirannya serta merta membuat BT-50 jadi sama sekali berbeda dengan Ranger. Dan bahkan ada media Australia yang menyebutnya sebagai sebuah pikap yang seksi.
Generasi II ini hadir dengan mesin turbo diesel 2.200 cc dan 3.200 cc yang lagi-lagi sama persis dengan yang dijejalkan pada unit Ranger. Kabarnya generasi II ini akan berhenti produksi pada 2020 ini dan konon penggantinya sudah dipersiapkan.
Tetapi generasi III ini akan berbeda dengan konsep yang dilakukan para pendahulunya. Kali ini tidak akan berbagi platform dengan Ford dan Mazda dikabarkan telah menjalin kerjasama dengan Isuzu, untuk pengembangan pikapnya ini.
Namun, untuk di Indonesia, tentu gaung Mazda D-Cab ini tak terlalu terdengar kuat. Karena memang sudah kalah pamor di tanah air. Layanan purnajual yang ketinggalan dari kembarannya, membuat Mazda kurang diminati konsumen, terutama sektor pertambangan dan perkebunan yang memerlukan armada dengan kesiapan spare parts yang memadai.
Tentu, karena sepi peminat, akan berpengaruh kepada nilai harga jual kendaraan second hand yang merosot, sehingga menjadi hal yang dihindari oleh konsumen. Tetapi, jika menginginkan pikap dengan harga yang lebih terjangkau, mungkin Mazda BT-50 bisa jadi pilihan yang lebih ramah di kantong.