Di GIIAS 2024 yang baru berakhir akhir pekan lalu (28/7), tepatnya di depan Hall 11 ICE BSD, Banten, ada medium bus berbasis sasis ‘engkel’ yang menyodorkan desain inovatif hampir di semua sisi.
Meskipun berada di area parkir Hall 11, ICE BSD, bukan berarti karya Trijaya Union ini jangan sampai terlewatkan untuk disimak.
Siluet bodinya ‘boxy’ dengan teknik floating roof membuat sodoran karya karoseri asal Bitung, Banten, ini malah berbau gaya Eropa.
Yudi, Pirsa, Business Development Manager PT Trijaya Union yang ditemui akhir pekan lalu (28/7) menyebutkan bahwa desain mereka yang dinamai Neo Grantour itu merupakan evolusi dari desain Sahara yang berspesifikasi 4x4.
Menurutnya yang signifikan berubah dari desain Sahara adalah sisi muka dan buritan. Selebihnya menyesuaikan dengan kedua sisi tersebut.
“Tapi untuk desain Grantour ini bisa juga dipasangkan pada sasis yang juga spesifikasinya 4x4, secara umum bisa dipakai untuk semua merek sasis non cabin,” ujarnya.
Pada pengembangan desain dan produk dilakukan juga penguatan di bagian kaki-kaki. “Kami lakukan untuk menekan potensi ‘oleng’ pada bus,” ungkap Yudi lagi.
Sejurus kemudian diterangkan olehnya bahwa unit ‘prototype’ seperti pada unit milik Sumber Alam itu sasisnya Mitsubishi Canter FE 71 bermesin 3.907 cc yang dikenal dengan sebutan ‘Colt Diesel Engkel’ itu.
Basis yang sama juga dilakukan pada unit milik AO Group (Alfaomega) yang fokus di bus pariwisata serta bermarkas di Yogyakarta itu. Unit ini terpajang di masa akhir GIIAS 2024 (27-28/7).
Lampu utama 'ala' Hyundai Creta diklaim memudahkan perawatan dan perbaikan
Desain Grantour 'part 1', bisa dipasangkan untuk sasis medium bus merek apapun
Filosofi desain yang ‘memudahkan’
Diterangkan lagi oleh Yudi, pengembangan desain Grantour intensif dilakukan selama dua tahun terakhir. Fokus desain menurutnya memang untuk mengutamakan headroom maupun legroom yang sebelumnya banyak jadi ‘kendala’ dalam mendesain medium bus.
“Karena bodi yang ‘boxy’ jadi bikin kaca samping jadi lebih lebar, nyaris selebar bus ukuran besar,” terang Yudi lebih lanjut. Untuk harus berdiri di dalam kabin, setidaknya bagi yang punya tinggi 170-an cm juga tidak perlu sampai menunduk.
Penempatan kompartemen barang di bagian belakang bus tidak perlu mengganggu gerak penumpang saat harus berjalan maupun bergerak sekitar jok.
Diterangkan lebih lanjut oleh Yudi, pihaknya memang punya filosofi desain yang memudahkan bagi operator maupun penumpang. “Sebagai contoh, pemakaian lampu depan dan belakang seperti Hyundai Creta dan Toyota Innova karena memang kami anggap produk aftermarket-nya sudah banyak beredar, jika ada kerusakan atau bahkan pecah bisa dengan cepat dan mudah sekaligus harga terjangkau untuk proses reparasinya,” jabarnya.
Sembari menyebutkan juga bahwa Trijaya Union secara khusus memang menyasar desain serta memproduksi medium bus. “Untuk big bus juga bisa kami bisa produksi, termasuk rebody, sejauh ini banyak beredar di wilayah Sumatera,” papar Yudi lagi.
Diterangkan juga oleh, Rain Januardo, Sales & Marketing Division Manager, untuk desain Neo Grantour butuh pengerjaan 1-2 bulan.
“Untuk jok, flooring, plafon, detail kabin sampai AC bisa menyesuaikan dengan permintaan dan keinginan dari pemesan,” sambut Rain juga.
Dipungkaskan oleh Yudi, bahwa di hari terakhir GIIAS (28/7) sudah ada puluhan pemesanan untuk bodi Neo Grantour. “Pihak Sumber Alam menambah pesanan total jadi 10 unit, Putra Raflesia juga order 6 unit, PO Muncul juga pesan satu unit, dan AO Group secara keseluruhan nanti 10 unit.”
Baca juga: GIIAS 2024: PO Bagong Borong 29 Unit Hino AK 240 “Space Frame’
Baca juga: GIIAS 2024: Juragan 99 Trans Rilis Medium Bus Termewah
Desain fascia ala Mitsubishi XForce
Warna kabin pesanan Alfaomega lebih gelap dibandingkan versi Sumber Alam
#trijayaunion #neograntour #giias #2024 #juli #ice #bsd #fuso #canter #fe71 #mediumbus #sumberalam #pariwisata #boxy #bitung #putrarafflesia #muncul