Jika Anda perhatikan, tren yang hadir pada bus-bus baru di Indonesia adalah penggunaan kaca depan model tumpuk horizontal dengan 'topi' sebagai pemisah. Tren penggunaan topi tersebut ternyata datang seiring hadirnya sasis bus tronton (dua gandar belakang) di Indonesia. Kenapa?
Sejarah singkat tren ini sebenarnya tak lepas dari kehadiran sasis tronton MAN R37 pada tahun 2013 yang kemudian digarap karoseri Nusantara Gemilang asal Kudus sebagai bus tingkat setahun kemudian. Kemunculan sasis tersebut dijawab Mercedes-Benz dengan merilis sasis OC 500 RF 2542, tak lama kemudian.
Banyaknya pilihan sasis tronton tersebut merembet ke perkembangan desain bodi bus. Awalnya pada tahun 2015 perusahaan otobus Pelangi asal Aceh memesan sasis Mercedes-Benz OC 500 RF 2542 yang bodinya digarap oleh karoseri Rahayu Santosa.
Namun sasis tronton tersebut tidak ingin dijadikan bus tingkat. Hal ini dijawab karoseri asal Bogor, Jawa Barat itu dengan bodi Jetliner. Dengan tinggi 3,7 meter, artinya bodi ini lebih tinggi dari versi standar, Skyliner yang sekitar 3,6 meter. Untuk menambah kesan tinggi, Rahayu Santosa menghadirkan kaca depan tumpuk dengan 'topi' sebagai pemisahnya.
Setelah kehadirannya yang fenomenal, sederet karoseri pun mengikuti perkembangan desain tersebut. Paling tenar tentu Jetbus 2+ SHD dari Adi Putro yang juga hadir di GIIAS 2016. Kehadiran Jetbus 2+ SHD ini diikuti oleh makin banyak karoseri lokal. Seperti bodi Avante dari Tentrem, Zepellin G3 dari Gunung Mas.
Uniknya, pada awalnya karoseri Laksana sedikit menolak tren ini di mana pada GIIAS 2016 masih mempertahankan bodi Legacy SR-2 kaca tunggal. Baru di GIIAS 2017, Laksana mulai pamer facelift berkaca tumpuk lewat bus Harapan Jaya bersasis Hino RM 380.
Saat ini, penggunaan topi bukan hanya didominasi bus-bus besar dengan sasis premium. Tren ini bahkan melebar ke segmen big bus sasis mesin depan, bahkan medium bus. Seperti garapan karoseri KAS yang bersasis Mitsubishi FE, atau Gunung Mas merilis bodi Zepellin MS, bahkan bus demo Mercedes-Benz OF 917 dari Morodadi Prima pun dilengkapi dengan topi.