OTODRIVER - Beberapa tahun silam, Volvo mengumumkan akan beralih sepenuhnya ke kendaraan listrik murni, tepatnya pada akhir dekade ini 2030 nanti.
Namun pada kenyataannya, kehadiran mobil setrum tak semulus yang telah dicanangkan. Pada perkembangannya pabrikan Swedia saat ini tak hanya fokus pada mobil penggerak listrik murni, namun juga memulai melengkapi produknya dengan mobil plug-in hybrid (PHEV).
Setidaknya ambisi untuk menghadirkan seluruh lini produk dengan mobil listrik murni tidak akan terjadi pada 2030 ini
Setelah satu setengah tahun sebelumnya Volvo telah memangkas produksi mesin dieselnya, produsen ini pun tengah melakukan hitungan mundur pada mesin bensinnya.
Mengutip dari Motor1, dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg, CEO Volvo, Hakan Samuelsson memberikan proyeksinya.
"Industri (otomotif) ini akan beralih ke listrik tidak ada jalan untuk kembali. Mungkin butuh waktu sedikit lebih lama di beberapa wilayah, tetapi arahnya jelas. Dalam (sekitar) 10 tahun, semua mobil akan beralih ke listrik dan harganya akan lebih murah," ungkap Samuelsson.
Proyeksi Samuelsson ini terdengar kontradiksi dengan kondisi saat ini, di mana penjualan mobil listrik Volvo tengah mengalami penurunan. Selama delapan bulan pertama di 2025 ini, Volvo hanya menjual 90.326 mobil listrik murni di seluruh dunia. Artinya ada penurunan sebesar 24 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Amblesnya penjualan BEV Volvo ini pun diikuti pula dengan turunnya penjualan PHEVnya yang tercatat 107.380 unit atau turun 1 persen.
Model berbahan bakar bensin murni dan hibrida ringan turun tujuh persen menjadi 253.376 unit. Secara keseluruhan, Volvo mengalami penurunan total 10 persen menjadi 498.464 mobil.
Kepada Blooberg, Samuelsson mengatakan bahwa Volvo harus meluncurkan mobil listrik dengan mesin cadangan. Sayang tidak dijelaskan apakah yang dimaksudkan adalah sebuah PHEV atau EREV (Extended Range Electric Vehicle). Akan tetapi untuk memujudkan hal tersebut bukan perkara yang terlalu sulit, lantaran Geely sebagai perusahan induk justru sudah familiar dengan teknologi tersebut.

Walau demikian, Samuelsson membeberkan bahwa kehadiran mobil listrik murni sebagai masa depan dalam industri otomotif tetap tidak bisa dibendung. Ia yakin industri ini sedang menuju restrukturisasi besar-besaran, dan beberapa perusahaan akan beradaptasi dengan keadaan baru serta bertahan, yang lain tidak. Semuanya akan dimulai pada 2035.
Selain itu ia memprediksi dua atau tiga merek Tiongkok akan menjadi kekuatan dominan dan merek-merek lama atau yang tersisa akan dipaksa menghadapi kenyataan baru.
Walau demikian, tak semua brand besar punya pandangan sama. Sebagai contoh BWM tidak akan meninggalkan mesin pembakaran internal pada 2035. Ini kembali menjadi kontradiksi lantaran Uni Eropa punya rencana melarang penjualan mobil dengan mesin bakar model apapun pada 2035.
Mengenai pencanangan pelarangan penjualan mobil dengan mesin bakar pada 2035 itu, Mercedes-Benz pun memberikan peringatan bahwa industri otomotif akan runtuh di Eropa jika larangan tersebut dilaksanakan.
Pabrikan Jerman lainnya yakni Audi dan Porsche juga percaya bahwa berinvestasi penuh pada EV kurang dari satu dekade dari sekarang akan terlalu dini.
Menurut laporan Autocar Volvo dan saudaranya Polestar justru mengambil posisi lain dengan mendorong Uni Eropa tetap teguh pada mandat nol emisi 2035. (SS)








