OTODRIVER - Mobil listrik saat ini mulai mengalami pergeseran, tak hanya untuk transportasi yang mumpuni untuk rute dalam kota saja. Seiring dengan infrastruktur yang semakin bertumbuh dengan diperbanyaknya charging station. Mobil listrik kini bisa diandalkan dalam keluar kota.
Dalam perjalanan kali ini, Otodriver menggunakan Hyundai Kona Electric Signature Long Range dari Jakarta hingga Yogyakarta.
Bagaimana dengan konsumsi baterainya?
Saat berangkat Kona rakitan Indonesia ini indikator baterainya menunjukkan 90%. Mobil diisi tiga orang dengan bagasi penuh, perjalanan pun dimulai saat menjelang senja.
Pengisian setrum pertama kali terjadi di rest area km 57A dan melakukan pengisian sebanyak 14,96 kWh untuk kembali ke posisi 100%. Biaya yang dikeluarkan hanya Rp 38.387 saja.
Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dan mobil kembali melakukan pengisian di SPKLU di rest area km 379A saat baterai menunjukkan angka 32%. Baterai kembali diisi setrum hingga 95% dengan biaya Rp 113.380.

Perjalanan pun dilanjutkan dan melewati Tol Jogja-Solo menuju destinasi di Yogyakarta. Tercatat jarak tempuh di 559 km dan baterai tersisa 41%.
Kami kembali melakukan pengisian di kantor PLN di Gedong Kuning Yogyakarta dengan kondisi baterai 34% dan mengisi penuh hingga 100% dengan biaya Rp 110.029. Selanjutnya lingkar kemudi diarahkan menuju Kebumen dengan melewati jalur Deandles yang terbentang di sepanjang pesisir Selatan Jawa sepanjang 110 km. Jalur pulang pun tetap melalui jalur yang sama dengan jarak 112 km kembali ke Yogyakarta.
Perjalanan sepanjang kurang lebih 222km kecepatan rata-rata sekitar 50-60 km/jam tersebut menyisakan baterai di kondisi 62% saja.
Singkatnya perjalanan balik ke Jakarta dilakukan sehari setelahnya. Pengisian kembali kembali dilakukan di SPKLU PLN Gedong Kuning Yogyakarta. Biaya yang dikeluarkan Rp 78.688 dan baterai terisi hingga 92%.

Perjalanan dilanjut dan menyempatkan mampir ke Semarang dan selanjutnya kembali menjajaki tol Trans Jawa menuju ke Jakarta.
SPKLU di rest area km 360 B, kami lakukan pengisian dan baterai kembali terisi sebanyak 29.61 kWh dengan besaran nominal Rp 80.357 dengan kondisi baterai 93%.
Perjalanan pulang yang dicatat sejauh sekitar 557 km kemudian tuntas dan kami kembali ke titik keberangkatan. Dan Baterai menunjukkan posisi 26% saja.
Jika ditotal dari keberangkatan hingga kepulangan tercatat Rp 474.720 untuk biaya pengisian listrik. Sedangkan jarak total yang ditempuh adalah 1.354 kilometer.
Masih ada kendala
Masalah klasik mobil listrik ada pada lamanya pengisian setrum, apabila dibandingkan dengan mobil konvensional, walau pun sudah mengunakan fasiltas pengisian cepat (fast charging). Namun SPKLU DC yang tersedia di rest area belum semuanya merupakan jenis ultra fast charging.
Selain itu setiap EV punya kemampuan yang berbeda untuk menerima pengisian cepat. Sehingga waktu yang dibutuhkan antara satu dan lain model EV akan berbeda.
Perjalanan yang kami lakukan ini memang bertepatan dengan libur panjang dan SPKLU sepanjang tempat kami berhenti selalu ditemui EV yang sedang melakukan charging. Bahkan kami sempat antre untuk pengisian daya.
Agak susah membayangkan apabila menggunakan EV murni untuk perjalanan dengan jalur padat semisal libur Lebaran. Bisa dibayangkan bakal terjadi antrean pengisian daya untuk EV yang pastinya jauh lebih padat dibanding yang kami temui dalam perjalanan ini. Semoga ke depannya jumlah stasiun pengisian daya semakin banyak dipasang di jalur padat terutama untuk pengisian fast charging dengan daya tinggi. (SS)








