Honda Freed yang semakin meredup popularitasnya karena belum melansir generasi baru, menambah semangat Toyota Astra Motor (TAM) untuk merilis MPV berpintu geser tandingannya. Dengan adanya All New Sienta diprediksi segmen ini bakal kembali bergairah. Kami pun dapat kesempatan untuk berada di balik kemudi mobil ini. Memang belum tes jarak panjang, namun setidaknya bisa merasakan impresinya.
Memang sejak kemunculannya pada April lalu Sienta banyak dapat berbagai komentar dari masyarakat. Terutama pada desainnya yang entah dicintai atau dibenci. Yang jelas, dari depan ia mengadopsi bahasa desain bumper Toyota yang hadir juga di Yaris.
Well, jika memandangnya dari sisi samping kesan dinamis dan modern memang timbul. Kami sendiri tak bosan untuk memandangnya. Paduan lekuk dan tarikannya memang sudah pas, apalagi unit yang tipe Q adalah tipe tertinggi maka ada tambahan body kit untuk side skirt-nya.
Sienta tipe Q yang jadi unit tes OtoDriver kebetulan berwarna jingga yang menjadi ikon MPV ini. Warna yang telah ada di All New Yaris ini ternyata memang terlihat pantas dipakai Sienta.
Puas memandang eksterior kami pun masuk ke dalam kabin. Tentu saja ke bagian belakang dulu, karena ini adalah sebuah MPV. Saat pertama duduk di bangku baris kedua, ruang kaki yang lapang dan lantai yang rata langsung menyambut. Tak adanya jalur gardan yang menonjol ke atas praktis membuat kaki penumpang di baris kedua ini bebas bergerak. Lain halnya saat mencoba duduk di bangku baris ketiga. Bukan saja terasa agak sempit tapi busa sandaran rasanya kurang nyaman.
Meski begitu ia tetap akomodatif bagi penumpang yang posturnya 160 cm ke bawah. Jadi bangku paling belakang lebih cocok untuk membawa anak Anda. Joknya sendiri empuk, dan seluruh bangku di Sienta telah memakai sabuk pengaman 3 titik.
Tapi untungnya saat sudah berjalan, penumpang paling belakang tak terlalu terkena guncangan berkat suspensi Sienta yang terbilang cukup baik. Di baris ketiga juga tak khawatir kepanasan karena AC double blower di Sienta tipe Q lebih dari cukup untuk menyejukkan penumpang paling belakang.
Untuk urusan kepraktisan Sienta memang perlu diacungi jempol. Mulai dari akses keluar masuk penumpang dan barang yang dimudahkan dengan power sliding door, sampai bangku baris ketiga yang bisa dilipat dengan mekanisnme "dive in" hingga menghasilkan ruang bagasi yang lapang. Konfigurasi tempat duduk di bangku baris kedua dan ketiga juga bisa dilipat dengan konfigurasi 50:50.
Memasukkan sebuah sepeda gunung tanpa dibongkar ke dalam kabin pun jadi hal mudah. Bahkan sepertinya bisa sampai tiga sepeda balap (road bike) yang dimensinya lebih ramping dari sepeda gunung bisa masuk.
Pelipatan bangku di kabin juga dipermudah dengan mekanisme yang praktis. Dalam hitungan yang tergolong singkat kabin bisa difungsikan untuk angkut muatan barang banyak atau penumpang. Satu yang disayangkan, Sienta tak memiliki pilihan varian dengan captain seat seperti pada Freed.
Sudah cukup merasakan impresi sebagai penumpang dan mendapatkan daya angkut yang oke, saatnya loncat ke kokpit. Sienta tipe kasta paling tinggi ini hadir dalam dua pilihan nuansa kabin, yakni ada Black Trim dan Fromage Trim. Nah, kebetulan unit yang kami dapati adalah Fromage Trim yang cenderung berwarna cerah. Sebenarnya tak ada masalah berarti, malah kesan lapang hadir dalam kabinnya. Tapi tentu bisa jadi lebih cepat kotor misal membawa penumpang yang tak sengaja menumpahkan makanan atau minuman.
Posisi mengemudi juga pas untuk ukuran OtoDriver yang berpostur rata-rata orang Indonesia (170 cm). Jika kurang pas bangku pengemudi juga mudah disetel dengan "memompa" tuas di samping kanan bangku pengemudi bagian bawah. Desainnya yang mengejar stream line, menjadikan kaca depan cukup landai dan dasbor terasa terlalu panjang. Ini membuat kami perlu sedikit waktu untuk adaptasi, karena mata kurang terbiasa. Tapi bukan masalah berarti, toh harusnya hal ini untuk demi optimalisasi aerodinamika saat melaju di tol nanti karena kaca depan menjadi landai.
Sayangnya plastik keras memang masih memenuhi dasbor. Lantas jahitan-jahitan palsu seperti yang ada di Yaris juga hadir di panel pintu mobil ini.
Duduk di bangku pengemudi baru membuat kami sadar betapa banyaknya fitur di rival Honda Freed ini. Mulai dari sorot lampu yang bisa diatur sudut pancarannya, tombol pembuka sliding door elektrik, smart keyless entry dengan tombol engine start stop, serta tombol pengatur di setir.
Belum lagi hiburan audio dan visual yang tersedia di layar sentuh tujuh inci-nya. Wajar saja karena memang tipe Q jadi yang termahal di antara tiga tipe lainnya. Fasilitas seperti pemutar DVD, USB, Aux dan iPod, Miracast, Airplay, HDMI, Bluetooth, dan Voice Command hadir untuk siap memanjakan semua penumpang. Bahkan khusus di tipe Q pengemudi juga bisa memutar dan mengatur volume atau mencari channel radio dari lingkar kemudi.
Tak perlu menunggu waktu lama, OtoDriver langsung membawa jalan si Shinta, eh maksud kami Sienta, mengarah ke Bandung dari wilayah Jakarta Selatan.
Sienta Tipe Q hanya tersedia dalam pilihan transmisi otomatik CVT dengan pilihan mode tujuh percepatan. Dan yang istimewanya, Toyota sudah membekali transmisi ini dengan teknologi sequential. Ada yang unik pada posisi tuas transmsinya. Untuk mengejar kecenderungan konsumen Indonesia yang menurut Toyota tidak familiar jika tuas menyatu dasbor seperti Sienta yang ada di Jepang, Sienta di Indonesia memiliki tuas tersebut di lantai. Tapi menurut kami tuas transmisi terasa terlalu rendah dibanding mobil MPV lainnya.
Lagi-lagi ini bukan sebuah hal yang terlalu mengganggu. Dengan transmisi otomatik Anda juga tak akan terlalu sering pindah gigi. Langsung saja tuas transmisi digeser ke D untuk melaju di tol dalam kota sampai tol Bekasi. Akselerasinya biasa saja. Gejala agak lemah di putaran bawah seperti khasnya mobil bertransmisi CVT terasa di Sienta ini. Tapi menembus kepadatan lalu lintas dan kemacetan, transmisi ini sangat halus dan menyenangkan.
Sejak awal kemunculannya di Jepang, Sienta memiliki pilihan mesin 1.500 cc yang berkolaborasi dengan motor listrik alias hybrid. Untuk Toyota Indonesia mesinnya sama-sama 1.500 cc. Tapi mesin berkode 2 NR-FE ini tak hadir dalam konfigurasi hybrid.
Mesin 2 NR-FE yang sepenuhnya dibuat di Karawang, Jawa Barat ini baru kami rasakan performa sesungguhnya saat tuas transmisi diposisikan pada mode manual. Terlebih kami sudah lepas dari kemacetan tol Bekasi dan kondisi ruas tol ke depan cenderung sepi, maka tak kami sia-siakan kesempatan ini.
Mesin bisa lebih efisien menyalurkan daya 104 dk-nya ke roda depan karena putaran mesin bisa dijaga lebih tinggi. Angka tenaga kuda memang di bawah Yaris yang memakai mesin serupa. Disebut oleh pihak TAM, Sienta memang lebih mengutamakan torsi. Memang impresi yang kami rasakan, tenaganya tidak meledak-ledak namun terasa lebih merata sejak putaran rendah. Ini cocok untuk fleksibilitas penggunaan harian, apalagi bila dibebani banyak orang.
Memasuki tol Cipularang, kondisi jalan menanjak dan menurun khas perbukitan terhampar menunggu untuk menguji lebih dalam performa Sienta buatan Karawang ini. Dan beruntung saat itu kondisi lalulintas Cipularang masi agak sepi. Masih tetap dalam posisi mode manual, langsung saja Sienta kami ajak untuk menanjak dengan putaran yang lumayan tinggi. Tenaganya cukup untuk melibas tanjakan-tanjakan tanpa kesulitan berarti.
Bising ban dan bising dari luar teredam dengan baik dan tak membuat kabin gaduh. Toyota memang sangat baik dalam hal ini. Bahkan sebuah Avanza saja bisa dibuat cukup hening oleh mereka. Dan asyiknya lagi, peredaman suspensi juga terbilang baik.
Sienta untuk pasar Indonesia punya ground clearance lebih tinggi 2 centimeter dibanding yang ada di Jepang. Memang sedikit bergoyang di kecepatan tinggi, namun jadi lebih fleksibel melewati jalan tak rata. Beberapa penumpang rekan jurnalis di bangku belakang yang tertidur pulas jadi indikator baiknya redaman suspensi MPV berlingkar roda 16 inci ini.
Untuk konsumsi BBM dan akselerasi belum dapat kami sajikan. Itu akan kami ambil sendiri datanya saat bisa meminjam mobil ini dalam jangka waktu lebih panjang, supaya bisa dilakukan pengetesan yang valid.
Kesimpulan
Kenapa ia dinamai All New Sienta yang seolah-olah jadi model major change? Sedangkan ini merupakan debut pertamanya di Tanah Air. Tapi apalah arti sebuah penamaan. Yang jelas All New Sienta merupakan gempuran keras bagi pasar yang sebelumnya didominasi Freed. Ia menyasar konsumen MPV yang ingin lebih dari sekadar low MPV macam Avanza. Akomodasinya baik dan ia lebih modern dipandang. Pintu geser elektrik juga kian membuatnya terkesan lebih berkelas. Mesin 1.500 cc dengan kombinasi transmsisi otomatik CVT bermode 7 percepatannya lumayan juga fleksibel di berbagai kondisi jalan.
Di jalan ia terasa nyaman, sayangnya mobil ini tak menyediakan opsi captain seat. Tapi secara umum mobil ini memang terasa berbeda kelas dengan Avanza. Bodi monokok membuatnya terasa lebih nikmat dipakai berkendara dan bermanuver.
Kelebihan:
- Desain modern dan menarik
- Akomodasinya baik
- Kabin senyap dengan getaran minim
-Visibilitas
Kelemahan:
- Tuas transmisi terlalu rendah
- Material plastik interior
- Kurang responsif di putaran bawah
SPESIFIKASI:
Toyota All New Sienta tipe Q AT Fromage Trim
Harga: Rp 295 juta
Kapasitas Mesin: 1496 cc cc 4 silinder
Tenaga maksimum: 104 dk
Torsi maksimum: 143 Nm
Transmisi: Otomatik CVT 7-Speed Sequential
Penggerak: Front Wheel Drive
Foto tambahan: