OTODRIVER - Tahun ini menjadi tantangan bagi industri otomotif Indonesia baik dari segi konsumen hingga produsen. Penurunan daya beli yang kini terjadi bahkan membuat GAIKINDO (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) merevisi target penjualan mereka.
Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara menyebutkan jika pihaknya merevisi target di 2024 dari 1,1 juta unit ke 850 ribu unit saja. Hal ini disebabkan penjualan mobil yang masih lesu di pasar.
"Belakangan kita lihat ada isu dengan daya beli masyarakat yang menurun. Lalu ada 10 juta orang kelas menengah yang turun kelas. Ini alarm, karena bisa jadi mereka nggak jadi beli mobil. Ini sudah dilakukan survey, mereka punya prioritas. Misalnya beli rumah baru (kemudian) beli mobil," ucapnya.
Meski demikian pihaknya tetap optimis dengan adanya pertumbuhan pasar di Indonesia dikarenakan rasio kepemilikan mobil yang masih rendah jika dibandingkan dengan jumlah penduduk.
"Dari hampir 280 juta penduduk Indonesia, rasio kepemilikan mobil masih di angka 99 mobil per 1.000 penduduk. Potensinya masih sangat besar dibanding negara-negara lain di ASEAN seperti Malaysia dan Thailand," kata Kukuh.
Meski demikian, beragam tantangan masih nyata di depan mata. Terutama adanya kebijakan kenaikan PPn 12 persen yang disebutkan akan berdampak besar ke daya beli masyarakat dan harga mobil.
Untuk itu GAIKINDO berharap adanya sejumlah stimulus yang bisa menjaga daya beli masyarakat. Semisal adanya kebijakan pajak baru yang berbasis emisi.
Lalu adanya skema seperti PPnBM Ditanggung Pemerintah (DTP) yang mampu mendongkrak ekonomi di masa pandemi COVID-19. Regulasi ini sempat berlaku di 2021-2022.
Sebab efek yang dirasa oleh industri manufaktur otomotif akan sangat besar jika terjadi pengurangan permintaan secara drastis.
"Dampaknya akan panjang ke pengurangan industri dan dikhawatirkan ke pengurangan tenaga kerja. Ada 1,5 juta orang yang bergantung hidup di sana," paparnya. (IG)